Dia tidak tahu pasti kapan semuanya mulai berubah.
Mungkin saat tawa-tawa itu tak lagi tumpah serentak.
Atau ketika obrolan malam berubah menjadi sunyi yang menggantung.
Yang dia tahu, hidup menuntutnya untuk terus berjalan.
Namun langkahnya tidak bebas.
Beberapa orang menyuruhnya tinggal, dengan kalimat manis, dengan wajah yang memohon.
Dan dia, yang terlalu sering mengalah, akhirnya memilih diam.
"Kamu ingin kembali?"
"Aku ingin..." jawabnya pelan. "Sangat ingin."
"Lalu kenapa kamu masih di sini?"
"Karena mereka ingin aku tetap di sini."
"Tapi kamu tidak bahagia."
Dia tersenyum kecil.
"Iya," katanya. "Dan itu bagian yang tidak mereka tanyakan."
___
Halo
Namaku Lena, dan ini adalah cerita pertamaku.
Aku bukan penulis besar, dan masih sangat baru dalam dunia ini. Aku hanya seorang gadis yang mencoba menata rasa dengan kata-kata.
Cerita ini kutulis dengan jujur, perlahan, dan penuh pertimbangan. Beberapa bagiannya adalah potongan dari hidupku sendiri,
kisah yang pernah aku jalani, orang-orang yang pernah aku cintai, dan kehilangan yang pernah aku alami.
Sebagian lagi adalah imajinasi, mungkin juga harapan yang tak pernah terwujud.
Karena itu, aku mohon dengan sangat
untuk tidak menyalin, mempublikasikan ulang, atau mengambil bagian dari tulisan ini tanpa izin.
Jika di dalam cerita ini terdapat kesamaan nama, tempat, atau peristiwa dengan kehidupan nyata, maka hal tersebut adalah murni kebetulan dan bukan unsur kesengajaan.
Cerita ini ditulis dengan campuran antara pengalaman pribadi dan imajinasi, tanpa niat menyinggung siapa pun.
Terimakasih sudah bersedia membaca.
Semoga kamu menemukan sesuatu meski
hanya sebaris kalimat kecil.
Bagi Rakala, kebebasan adalah nomor satu dan paling penting dalam hidupnya. Tapi bagi Belva nomor satu adalah bagaimana cara untuk menjadi yang diandalkan.
Ketika dua orang yang selalu bertentangan bagaikan air dan api disatukan. Apa yang akan terjadi?