"Senja... " Suara yang sangat lembut, menyapu telinga gadis kecil yang sedang berdiri menatap langit yang berwarna oranye dengan angin yang menyapu pelan wajahnya.
"Ayah... Ayah lihat! Langit nya bagus banget." Jawab gadis kecil itu dengan senyum bak bulan sabit pada wajahnya.
Laki-laki berbadan tegap dengan struktur wajah yang tidak jauh dengan gadis kecil di hadapannya, kini berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan gadis itu.
Lebih tepatnya, mereka adalah sosok ayah dan seorang anak. "Senja, Senja tahu, kenapa ayah memberi nama Senja, itu "Senja" ?"Mendengar pertanyaan yang tidak bisa di jangkau oleh pikiran anak kecil yang bernama senja itu, ia hanya menggeleng.
Lalu, ia bertanya " memangnya kenapa ayah?" Tanya Senja pada sang Ayah. "Karena Senja itu indah, dia juga ikhlas, dan dia selalu mengingatkan ayah pada almarhum ibu kamu, Senja."
Senja mengerutkan alisnya, ia bingung dengan apa yang ayahnya ucapkan. "Senja masih nggak tahu maksud ayah."
"Nggak papa sayang, saat ini Senja memang belum mengerti. Tapi nanti, Ayah yakin kamu pasti mengerti maksud ayah. Oke Langit Senja?"
"Oke ayah!" Senja memeluk Ayah nya dengan erar tanpa sekat sedikitpun.