Story cover for The Second Place (hiatus) by StarlitMuse_
The Second Place (hiatus)
  • WpView
    Reads 255
  • WpVote
    Votes 101
  • WpPart
    Parts 11
  • WpView
    Reads 255
  • WpVote
    Votes 101
  • WpPart
    Parts 11
Ongoing, First published Jan 18
Rasa sakit yang paling menyiksa itu berasal dari orang yang paling kita sayangi.

"Darrel, gue capek sama lo. Kita sampai sini aja, ya," suara Clara lirih, hampir tenggelam di antara bunyi hujan yang menghantam jendela.

Hujan turun begitu deras, seolah langit ingin menangisi perasaan kedua insan itu. Di sudut ruangan rumah sakit, alat pendeteksi jantung terus berbunyi, menjadi saksi pilu dari momen ini.

Darrel duduk di samping brankar rumah sakit, bahunya terguncang karena tangis yang tak mampu ia tahan lagi. "Ra, gue nggak mau... Lo milik gue sepenuhnya. Gue nggak mau ninggalin lo, apapun alasannya."

Clara melepas masker oksigen yang menutupi wajahnya. Tawanya pecah, namun tak ada kebahagiaan di sana, hanya kepahitan yang begitu kentara. "Tapi hati lo bukan milik gue sepenuhnya, Rel. Lo egois!"

Darrel terdiam, menelan pil pahit itu dengan dada yang terasa sesak. "Jadi semua ini gara-gara Liona?" tanyanya dengan suara yang nyaris patah.

"Dia juga sakit, Ra. Dia orangnya lemah, gue nggak tega nolak Liona saat dia butuh bantuan."

Clara mengangguk pelan, namun matanya tajam menusuk. "Iya, gue tahu. Dia itu sakit jiwa!" Nada suaranya meninggi, membuat napasnya semakin berat, seolah setiap kata menyayat dirinya sendiri.

Semua itu terasa seperti luka yang tak akan pernah bisa sembuh-dua hati yang saling mencintai namun terjebak dalam lingkaran yang sama-sama melukai.
All Rights Reserved
Sign up to add The Second Place (hiatus) to your library and receive updates
or
#292santai
Content Guidelines
You may also like
Capricorn by Baperterussss
11 parts Ongoing
"Aku suka sama Kak Al." Rea mengatakannya tanpa ragu. Tenang. Pelan. Tapi dalam dadanya, jantungnya berdebar seperti genderang perang. Lapangan basket sore itu sepi. Matahari sudah tenggelam separuh, menyisakan semburat jingga yang menggantung di langit. Angin membawa bau rumput basah dan suara tiang ring basket yang berderit pelan. Di tengah sunyi itu, Rea berdiri, seragamnya masih rapi, rambutnya dikuncir seadanya, dan matanya menatap Kak Al, lurus. Alvano menoleh, pelan. Keringat masih menempel di pelipisnya, dan bola basket tergenggam di tangan kirinya. Ia diam. "Apa tadi?" tanyanya, suaranya rendah. Tidak kaget. Tapi juga tidak menjawab. Rea menarik napas. Ia benci mengulang. Tapi kali ini berbeda. "Aku suka sama Kak Al," ulangnya, lebih lirih. "Dari awal aku lihat Kakak main di lapangan. Aku tahu ini mungkin... aneh. Tapi aku cuma pengen jujur." Ia tidak terbiasa berkata seperti ini. Tidak terbiasa membeberkan isi hati. Tapi Rea bukan pengecut. Ia adalah seseorang yang lebih takut menyesal karena diam daripada malu karena gagal. "Aku tahu Kakak mungkin nggak mikir apa-apa. Tapi aku cuma pengen bilang," lanjutnya. "Supaya kalau besok-besok aku canggung atau... ngelihatin Kakak diam-diam, Kakak tahu alasannya." Sunyi. Kak Al memutar bola basket di ujung jarinya. Lalu berhenti. Tatapannya tidak tajam, tapi ada sesuatu yang menggantung di dalamnya. Berat. "Rea..." katanya. Lembut. Tapi nadanya membuat dada Rea mengeras. "Kamu manis. Kamu juga berani. Tapi..." Rea mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski wajahnya menegang. "Aku udah punya pacar." Deg. Rea tidak menangis. Tidak mundur. Tidak bertanya siapa. Ia hanya berdiri. Diam. Lalu berkata, "Nggak apa-apa, Kak." Yang tidak dia tahu, pacar Kak Al itu... adalah Dara. Kakaknya sendiri. Dan semuanya... baru saja dimulai.
KANARA [COMPLETED] by fanesaca
35 parts Complete
[Belum revisi] "Pernah gak sih suka sama temen sendiri?" _____ "Pada akhirnya, benar kata orang- laki-laki dan perempuan tidak mungkin menjalin persahabatan, pasti salah satu diantaranya ada yang menyimpan rasa lebih" Dan...terbukti. Kanara telah membuat kesalahan dengan menaruh rasa kepada sahabatnya sendiri- Reynald. Tanpa ingin mengakhiri perasaan yang sudah delapan tahun tumbuh diam-diam dalam hatinya, gadis penyuka kopi dan senja itu memilih menetap meskipun membuat sakit. Tapi bagi Reynald, Kanara hanya teman- atau lebih tepatnya, saudara. "Rey, lo cuman nganggep gue temen biasa?" "Engga, lo naik pangkat jadi saudara gue." Sementara Reynald justru terpesona pada Kanaya- sepupu Kanara yang memesona di mata semua orang. Reynald terus mengejar cinta yang salah. "Ra, gue suka Kanaya. Jadi, bantuin ya? Naya kan sepupu lo, tanya tipe cowok nya kaya apa." Segala luka yang ditahan mulai terasa nyata. Persahabatan mereka yang telah terjalin delapan tahun kini berada di ujung tali. "Kita bertiga udah sahabatan lebih dari delapan tahun. Gue gak mau persahabatan itu hancur hanya karena satu di antara kita naruh rasa lebih sebagai sahabat. Jadi jangan ya? Gue gak mau persahabatan ini berakhir sia-sia." Menyimpan perasaan atau mengungkapkannya? Keduanya sama-sama menyakitkan. Tapi Kanara harus memilih Akankah Kanara tetap menyimpan perasaannya dalam diam? Atau memilih mengungkapkan dan mengorbankan persahabatan mereka yang sudah delapan tahun ada? ___ Sudah siap menjelajah ruang friendzone? Tempat di mana cinta diam-diam bisa membunuh pelan-pelan? Disclaimer: - 100% fiksi - This story is my creation - No plagiarisme - Happy reading!! start : 01- 01 -2022 fin: 06- 07 -2022 a teenfiction by fanesaca
You And Me, Can We? [On Going] by kucingemoyy2
8 parts Ongoing
Lyonara adalah gadis ceria yang selalu membawa semangat di sekelilingnya. Ia dikenal ramah, pemalu, dan mudah bergaul. Namun di balik semua keceriaan itu, Lyonara menyimpan perasaan yang membingungkan. Hatinya terbagi antara dua sosok yang berbeda sejak MPLS-Akbar, sang Ketua OSIS yang kini sudah memiliki pacar, dan Dhiaz, teman sekelas yang pendiam namun diam-diam berhasil menarik perhatiannya. Mengetahui bahwa Akbar sudah dimiliki orang lain, Lyonara mencoba mengubur perasaan itu dan mengarahkan perasaannya pada Dhiaz, lelaki yang belum terlalu dekat dengannya, tapi entah kenapa membuat hatinya berdebar. Tepat saat ia mulai menata perasaannya, hadir sosok baru: Satria. Lelaki misterius yang penuh rahasia, namun anehnya selalu berhasil membuat Lyonara merasa aman dan dimengerti. Setiap percakapan-nya dengan Satria bahkan meninggalkan kesan berbeda, membuat Lyonara bertanya-tanya-apakah perasaan nyaman juga bisa berubah menjadi cinta? Keadaan yang mulai rumit membuat Lyonara dihadapkan pada pertanyaan besar: siapa yang sebenarnya ia inginkan? Dan apakah ia berani mengambil risiko untuk mengikuti kata hatinya yang sesungguhnya? "Kadang, cinta bukan tentang siapa yang membuatmu berdebar lebih kuat, tapi siapa yang membuatmu ingin tetap tinggal." *** JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YAA... Dilarang Plagiat, itupun kalau masih ada malu buat ga jiplak karya orang lain ^^ Note : Update nya tergantung mood/tidak menentu, kalau gasuka minggat ae lu
Renjana [COMPLETED] by skyaksa
35 parts Complete
Pada malam paling temaram yang pernah seorang anak jumpai adalah kehilangan sepenggal bait kehangatan yang sepatutnya terus membersamai. Seorang anak yang sudah cukup dewasa sebagai pengganti bapak, seorang anak lain yang baru saja memasuki runyamnya semester tanggung di bangku perguruan tinggi, seorang lainnya lagi baru saja bersuka cita telah memasuki mimpi para anak muda seusia adiknya untuk melepas seragam sekolah, seorangnya lagi baru saja merasa bahwa masa SMA adalah kebebasannya, seorang lainnya lagi masih berkutat dengan permainan remaja tanggung di bangku menengah pertama, satu yang lain masih bersenang-senang pada masa anak-anak yang hendak remaja, dan satu lainnya yang terakhir masih bahagia dimanjakan dengan rambut yang terbelah dua. Namun pada hari itu, nyatanya semesta memberinya segenggam ujian yang harus ditanggung bersama karena kepergian ibunda. Syair-syair elegi selanjutnya mengiringi langkah mereka, mengantarkan satu tubuh yang sudah kaku karena kehilangan ruhnya. Mengantarkan keberangkatan sang ibunda pada tempat paling jauh yang tak bisa mereka singgahi untuk sekadar melepas rindu yang menumpuk dibalik pakaian basah yang baru dicuci, dibalik tumpukan piring kotor yang hendak dibersihkan. Dan lainnya yang menumpuk dan terus menumpuk, membiarkan hati mereka berat diduduki rindu yang tak pernah habis. Dan kemudian luka-luka tak pernah bisa disembuhkan waktu, ketujuh warna dalam keluarga Nawasena berakhir temaram dan kehilangan sukmanya. ©Jeta An Alternate Universe Renjana, 2021
You may also like
Slide 1 of 10
Capricorn cover
Shadow That Fades cover
KANARA [COMPLETED] cover
You And Me, Can We? [On Going] cover
ILUNGA √ cover
Wrong Dream cover
SAMARA & CHANDA  cover
Hema Alkaris (and his life) cover
ARENA cover
Renjana [COMPLETED] cover

Capricorn

11 parts Ongoing

"Aku suka sama Kak Al." Rea mengatakannya tanpa ragu. Tenang. Pelan. Tapi dalam dadanya, jantungnya berdebar seperti genderang perang. Lapangan basket sore itu sepi. Matahari sudah tenggelam separuh, menyisakan semburat jingga yang menggantung di langit. Angin membawa bau rumput basah dan suara tiang ring basket yang berderit pelan. Di tengah sunyi itu, Rea berdiri, seragamnya masih rapi, rambutnya dikuncir seadanya, dan matanya menatap Kak Al, lurus. Alvano menoleh, pelan. Keringat masih menempel di pelipisnya, dan bola basket tergenggam di tangan kirinya. Ia diam. "Apa tadi?" tanyanya, suaranya rendah. Tidak kaget. Tapi juga tidak menjawab. Rea menarik napas. Ia benci mengulang. Tapi kali ini berbeda. "Aku suka sama Kak Al," ulangnya, lebih lirih. "Dari awal aku lihat Kakak main di lapangan. Aku tahu ini mungkin... aneh. Tapi aku cuma pengen jujur." Ia tidak terbiasa berkata seperti ini. Tidak terbiasa membeberkan isi hati. Tapi Rea bukan pengecut. Ia adalah seseorang yang lebih takut menyesal karena diam daripada malu karena gagal. "Aku tahu Kakak mungkin nggak mikir apa-apa. Tapi aku cuma pengen bilang," lanjutnya. "Supaya kalau besok-besok aku canggung atau... ngelihatin Kakak diam-diam, Kakak tahu alasannya." Sunyi. Kak Al memutar bola basket di ujung jarinya. Lalu berhenti. Tatapannya tidak tajam, tapi ada sesuatu yang menggantung di dalamnya. Berat. "Rea..." katanya. Lembut. Tapi nadanya membuat dada Rea mengeras. "Kamu manis. Kamu juga berani. Tapi..." Rea mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski wajahnya menegang. "Aku udah punya pacar." Deg. Rea tidak menangis. Tidak mundur. Tidak bertanya siapa. Ia hanya berdiri. Diam. Lalu berkata, "Nggak apa-apa, Kak." Yang tidak dia tahu, pacar Kak Al itu... adalah Dara. Kakaknya sendiri. Dan semuanya... baru saja dimulai.