Story cover for Monokrom (ON GOING) by Syaa4nana
Monokrom (ON GOING)
  • WpView
    Reads 198
  • WpVote
    Votes 81
  • WpPart
    Parts 6
  • WpView
    Reads 198
  • WpVote
    Votes 81
  • WpPart
    Parts 6
Ongoing, First published Jan 20
Sebenarnya kita ini apa? apakah engkau rumah atau justru aku yang kau jadikan rumah? 
Saat penaku menyentuh kertas, disanalah kata kata mulai tersalin, mengisahkan betapa indahnya seorang gadis seperti Senna Arunika. Dia berucap seindah sastra senyumnya laksana ukiran  mahakarya, suaranya bagaikan melodi terindah dan wajahnya adalah karya  seni yang paling sempurna.
All Rights Reserved
Sign up to add Monokrom (ON GOING) to your library and receive updates
or
#209monokrom
Content Guidelines
You may also like
NOESIS  by Reisen_San
10 parts Ongoing
Setiap pagi dimulai dengan nada yang sama. Nada yang tidak asing, tapi juga tak pernah benar-benar diingat. Seperti dengung lembut yang tumbuh dari dinding, atau bisikan yang terlalu sopan untuk membangunkan siapa pun. Anak-anak terbangun perlahan. Mereka tahu kapan harus duduk, kapan harus tersenyum, dan kapan harus mengatakan "terima kasih" pada sesuatu yang tidak pernah mereka lihat. Langit tak pernah berubah. Lantai tak pernah berdebu. Hari-hari disusun rapi seperti barisan seprai yang terlipat. Tidak ada yang jatuh. Tidak ada yang hilang. Kecuali... sesuatu yang tidak pernah disebut. Di antara semua yang seragam, ada satu yang tidak persis cocok. Seorang anak perempuan yang terlalu tenang, terlalu sering diam di tengah keramaian, dan matanya-selalu mencari sesuatu yang tidak terlihat orang lain. Serene. Ia menulis hal-hal kecil di balik kertas tugas. Hal-hal yang tidak pernah diajarkan, dan tidak boleh ditanyakan. Ia mencatat kapan musik terasa sedikit lebih sendu, kapan suara langkah di lorong tidak cocok dengan jumlah kaki. Orang bilang Serene hanya anak yang suka berpikir. Anak yang tidak pernah nakal, tidak pernah melawan. Tapi mereka tidak tahu... diam itu kadang bukan berarti lupa, melainkan mengingat terlalu banyak. Dan pagi-pagi di tempat ini, yang seharusnya hangat dan tenang, perlahan mulai terdengar berbeda- bukan karena ada suara baru, tapi karena seseorang mulai benar-benar mendengarkan. *Update setiap jumat * *Aku butuh sebuah 🌟 agar mereka yang tak terlihat tidak mendekat *
You may also like
Slide 1 of 10
Fragment Of Serenade (END)  cover
Senja Yang Sunyi  cover
DUNIA HAMPA cover
RUMAH KECIL ITU by : Plavana cover
TWILIGHT : From Home [✓] cover
Dibawah atap yang salah (hiatus) cover
Rumah Yang Kuciptakan Sendiri cover
Endless love: { by: lianahputridewi } cover
The Rhythm Of Us cover
NOESIS  cover

Fragment Of Serenade (END)

33 parts Ongoing

Lelah, gak, sih? Mencintai sendirian? Cinta itu seperti melodi. Mengalun lembut, menyusup dalam setiap detak jantung. Namun, bagi Asha, cintanya hanyalah serenade yang terpecah. Kepingan nada yang ia lantunkan berulang kali untuk Arsen, tulus. Tanpa balas. Arsen selalu menjadi pusat dunianya, meski hanya memberinya dingin dan penolakan. Sementara seseorang diam-diam merangkai setiap kepingan yang ia tinggalkan. Mendengar setiap lirih yang tak pernah sampai pada Arsen. Ketika Asha memilih berhenti mengejar, meninggalkan serenade itu sebagai kenangan yang tak lagi ia pedulikan, hanya saat itulah Arsen menyadari. Terlambat. Karena kini, serenade Asha telah menemukan pendengarnya yang sejati.