Cinta pertama selalu terasa istimewa. Degup jantung yang lebih cepat saat tatapan bertemu, senyuman kecil yang muncul tanpa sadar, perasaan hangat yang tumbuh perlahan. Hari-hari di sekolah diisi dengan percakapan ringan, candaan kecil, dan tatapan-tatapan penuh makna yang terkadang dibiarkan tanpa jawaban.
Ada seseorang yang selalu menunggu di depan kelas, seseorang yang selalu memastikan semuanya baik-baik saja, seseorang yang selalu ada di saat dibutuhkan. Ada pertemanan yang terasa lebih dari sekadar persahabatan, perhatian yang lebih dari sekadar kepedulian, dan kata-kata yang menggantung di udara, tak pernah benar-benar diucapkan.
Namun, cinta tidak selalu semanis itu.
Kadang-kadang, perhatian terasa seperti belenggu. Kadang-kadang, tatapan yang seharusnya penuh kasih justru terasa menusuk. Kadang-kadang, seseorang yang mengulurkan tangan bukan untuk menggenggam, tetapi untuk mengikat.
Semakin lama, langkah terasa lebih berat. Udara yang dulu terasa bebas kini terasa sesak. Bisikan lembut berubah menjadi tekanan yang tak terlihat. Setiap gerakan terasa diawasi, setiap kata yang terucap terasa seperti perangkap.
Mereka bilang mereka mencintai. Mereka bilang mereka ingin melindungi. Mereka bilang mereka tak akan pernah pergi.
Tetapi... sejak kapan cinta terasa seperti ketakutan?