Tentang Taehyun dan Kai, yang kisahnya dibungkus dalam tujuh pertemuan, dan empat bulan saling mengenal.
Ada tiga perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat. Pertama kalinya hal itu terjadi, ialah karena keegoisan. Kedua kalinya terjadi, itu merupakan sebuah kesadaran. Dan ketiga kalinya hal tersebut terjadi- terakhir, adalah karena sebuah keinginan.
.
"Bahagia itu relevan." Kemudian dia menyangkal, menjadi orang pertama untuk menjadi batu yang mengganjal langkahnya, berhenti di bawah lampu temaram di setapak menuju rumah.
Dia menatap Kai baik-baik, "Kau tidak perlu terburu-buru. Atau memikirkan apa cara terbaik atau tercepat untuk menggapai sesuatu." dan mulai berkata melanjutkan kalimatnya yang rumpang. "Terutama sesuatu yang menyenangkan hatimu, sesuatu yang menyenangkan hati orang yang kamu sayang. Jangan hilang harapan setelah menggapai sesuatu yang objektif. Makanya kebahagiaan itu relevan."
"Itulah kenapa semakin lama kamu menghabiskan waktu dengan seseorang, semakin kamu merasa kalau seseorang itu berharga. Semakin lama kamu mengenalnya, semakin mahir kamu bisa menghargainya."
"Kai, kau bebas mengekspresikan apapun denganku. Tapi bukan juga pendapatku jadi patokan buatmu." Taehyun mendekat satu langkah, menempatkan sebelah tangannya di dada kanan pria itu. "Jadi, Kai, pelan-pelan saja."
Kai mengangguk, dia merasa malam ini berguncang. Seperti bintang-bintang sedang berjatuhan di sisi bumi yang lainnya. Dia harap bintang itu dulu adalah benda langit yang sangat indah.
.
.
.
[Tiga bagian; dua belas kelompok episode]
Fanfiction [Fiksi Penggemar]
[Hanya sebuah karya fiksi, tak sedikit pun berhubungan dengan dunia nyata]
[C:] [2021]
[CN:] [2025]
[ST:] [OG]
HNKKTH - UM
Menikah dengan ayahnya sendiri?
Jika ada keluarga yang paling gila, itu adalah keluarga Anathama, keluarga dengan peraturan dan tradisi tak masuk akal, harus menikah dengan yang sedarah, yang sayangnya dianggap normal bagi Anathama.
Cinta bukan pilihan, tapi takdir yang harus diterima. Dalam tradisi kelam ini, seorang cucu harus memilih antara melawan takdir atau terjerat dalam permainan keluarga yang mematikan.
Selayaknya permainan dadu, setiap putaran yang acak seakan memiliki pilihan yang sama, yang tanpa sadar merenggut kebebasan Samantha, yang dipaksa menikah dengan ayah kandungnya.
Anathama tak pernah sudi jika darahnya ditoreh darah dari keluarga lain, sekalipun keluarga itu bangsawan kelas atas.
Apakah Anathama bisa dihancurkan?
Apakah tradisi gila yang turun temurun itu bisa dilengserkan?