Epilog ini menggambarkan bagaimana dua hati yang saling terhubung secara diam-diam memilih untuk menjaga cinta mereka dalam keikhlasan kepada Allah. Muhammad dan Ainul, dua insan yang dipersatukan oleh ikatan ilmu dan adab, menjalani jalan masing-masing dengan penuh kesadaran bahwa hubungan mereka dengan Allah lebih utama dari segala rasa.
Muhammad, dengan kesungguhan sebagai seorang ustadz muda, terus mendalami perannya sebagai pendidik. Ia menghadapi pergolakan hati dengan menjadikannya bahan doa dan refleksi, menuangkannya ke dalam bait-bait sya'ir yang indah. Sya'ir tersebut adalah wujud kerinduannya untuk mendekatkan diri kepada Allah, menyerahkan segala perasaan manusiawinya kepada Sang Maha Pencipta.
Ainul, di sisi lain, melanjutkan pendidikannya dengan tekad yang kuat. Meskipun perasaan yang muncul di hatinya terasa samar, ia memilih untuk menjaganya dalam diam, tetap berpegang pada adab dan kesucian niatnya sebagai seorang santriwati. Ia yakin bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang tidak melanggar batas, tetapi menuntun pada perbaikan diri.
Di tengah kesibukan keduanya, mereka menyadari bahwa takdir Allah jauh lebih besar dari apa yang bisa mereka bayangkan. Setiap langkah mereka kini diliputi oleh keikhlasan, tawakal, dan keyakinan bahwa cinta yang mereka miliki adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar.
Epilog ini menjadi penutup yang penuh makna, menyampaikan pesan mendalam bahwa cinta sejati tidak selalu terwujud dalam kebersamaan, tetapi bisa hadir dalam bentuk doa, harapan, dan perjuangan untuk menjadi lebih baik di hadapan Allah. Pembaca diajak merenungkan pentingnya menjaga hati, memuliakan adab, dan menyerahkan segala urusan kepada Sang Maha Kuasa.
𝐍𝐚𝐢𝐧𝐚 𝐚𝐧𝐝 𝐀𝐛𝐡𝐚𝐲:
They met in their second year of BBA.
She was the quiet, no-nonsense girl who preferred her own company and a Cold coffee.
He, on the other hand, was the boy who lit up every room he entered, with a smile so bright it could melt anyone's mood. Somehow, the two opposites became friends.
Abhay's cheerful jokes and carefree nature always managed to bring out Naina's hidden smiles, while Naina's sarcastic remarks kept him on his toes. But as they spent more time together, Naina realized that maybe it wasn't just friendship.
And Abhay? Well, he'd been falling for her grumpy side all along. Will Naina let down her walls and see what's in front of her, or will she push Abhay away, thinking they're just too different?"
𝐋𝐞𝐭'𝐬 𝐣𝐨𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞𝐢𝐫 𝐣𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲 𝐨𝐟 𝐋𝐎𝐕𝐄