Dunia ini telah lama terbelah.
Antara terang dan gelap, harapan dan kehancuran.
Di satu sisi, dunia manusia terus bergerak tanpa melihat ke belakang. Kota-kota mereka menelan hutan dan sungai, meninggalkan tanah yang retak dan langit yang terbakar. Mereka menyebutnya kemajuan, tetapi tanah itu sendiri berbisik tentang sesuatu yang telah lama mereka lupakan.
Di sisi lain, di tempat yang tersembunyi di antara bayangan dan cahaya, dunia lain bernafas dalam kesunyian. Mereka menyebutnya Lumora-dunia yang lahir dari keseimbangan yang rapuh. Di sana, setiap pohon memiliki ingatan, setiap sungai memiliki suara, dan setiap retakan yang terbuka adalah jembatan menuju kebenaran yang terlupakan.
Tetapi kini, kedua dunia itu mulai berguncang. Retakan semakin besar. Cahaya dan bayangan tidak lagi berada di tempatnya. Dunia nyata menarik dunia lain ke dalam kehancurannya, dan dunia yang tersembunyi berusaha bertahan dengan sisa-sisa harmoni yang masih ada.
Dan di antara dua dunia ini, ada seorang yang tak pernah meminta peran ini.
Issi.
Ia tidak tahu apakah ia datang untuk menyelamatkan, atau hanya menjadi saksi dari kehancuran yang tak terelakkan.
Mereka tidak mirip. Kebanyakan bahkan mengatakan bahwa mereka bagaikan langit dan lumpur. Sangat berbeda! Latar belakang mereka jauh berbeda. Cerita hidup mereka juga berbeda. Bahkan sudut pandang mereka sering bertolak belakang.
Tapi, ternyata benang-benang kehidupan mereka saling bertaut. Mereka pernah dan masih berjuang di luka yang sama. Kavita si buruk rupa dari gua hantu dan Vita si tuan putri dari negeri kapas, dua gadis yang sama-sama dipatahkan oleh angan-angan mereka sendiri.
Akankah mereka mencoba untuk saling menilik dan mengisi lubang yang menganga di hati mereka? Atau mereka justru saling mendorong dan menabur garam di atas luka?