"Ka, anu.. gue mau ngomong sesuatu boleh nggak?" tanya Nayla ragu-ragu.
"Boleh, lo mau ngomong apa Nay," sahut Arka tersenyum manis, seperti biasa. Senyuman yang selalu Nayla sukai dari cowok itu.
Nayla menggigit bibir bawahnya, merasa bimbang antara harus jujur atau tetap menyimpan perasaan itu dalam-dalam. Jika Nayla jujur tentang perasaannya, dia takut Arka akan menjauhinya, Nayla tak mau itu terjadi. Itulah yang cewek itu pikirkan kala itu. Nayla terdiam cukup lama mengumpulkan semua keberaniannya.
"Nay, jadi gak? Kalo gak jadi gue mau lanjut jalan ke kantin."
Nayla yang mendengar ucapan itu merasa seakan tersambar petir di siang bolong. Ia tak ingin kehilangan momen langka ini. Nayla sudah yakin dengan keputusannya.
"G-Gue suka sama lo, Ka. Mau gak jadi cowok gue?" tanpa disadari, kata-kata itu meluncur begitu saja melewati mulut Nayla. Refleks, ia langsung menutup mulut menggunkan kedua tangannya. Nayla merasa malu dan gugup di waktu yang bersamaan.
Namun, setelah Nayla menyatakan perasaannya tersebut, reaksi Arka tidak seperti yang dia bayangkan. Tidak ada penolakan, tetapi juga tidak ada kata 'iya' yang terlontar dari mulut Arka kala itu.
Bisakah kau ulangi sekali lagi?
Patahkan hatiku lebih keras, agar harapan itu mati dengan pantas...
_Sheena Bayanaka_
.
.
WARNING!!
Mohon bijak dalam memilih bacaan. Cerita ini terdapat beberapa adegan kekerasan yang tidak patut ditiru!!