Vailant percaya di era digital, popularitas bukan soal kepribadian, tapi algoritma. Kalau bisa memanfaatkan tren, bisa membangun citra yang sempurna, maka validasi akan datang dengan sendirinya. Kepopulerannya di dunia maya mendatangkan tawaran menjadi kandidat calon ketua OSIS. Dia kurang menyukai bergabung dalam organisasi dan keramaian yang terlalu berlebihan. Namun, orang tuanya melihat ini sebagai kesempatan emas. Ayahnya, seorang eksekutif yang percaya prestasi harus konkret, ingin menambah "Ketua OSIS" ke dalam daftar pencapaian Vailant. Ibunya, yang selalu menuntut kesempurnaan, berharap ini bisa menjadi bukti bahwa Vailant lebih unggul dari yang lain. Teman-temannya juga punya ekspektasi sendiri. Radita mendukungnya karena seru. Bagi Revand ini adalah persaingan yang menantang, dan followers-nya ... mereka menginginkan konten. Vailant menerima tantangan itu dengan satu keyakinan: kalau ingin menang, branding adalah segalanya. Kampanyenya bukan sekadar pidato atau spanduk, tapi strategi digital yang terarah. Bisakah Vailant melakukannya tanpa kehilangan dirinya sendiri tergerus eksistensi Algoritma yang selalu diandalkannya?All Rights Reserved
1 part