Yesha terbiasa memenangkan debat, kecuali perdebatan dengan orang tuanya.
Di mata Abi dan Umi, masa depan Yesha jelas: menjadi hafizah seperti almarhumah kakaknya. Namun, tidak bagi Yesha. Dia ingin dikenal karena argumen tajamnya di panggung debat, bukan karena mimpi yang diinginkan orang tuanya.
Kesempatannya datang: Debatara, ajang debat nasional paling prestisius. Satu kemenangan bisa mengubah segalanya, termasuk membuktikan bahwa pilihan hidupnya bukan kesalahan.
Akan tetapi, menang bukanlah perkara mudah. Ada tim yang harus dia satukan, lawan-lawan tangguh yang tak mudah dikalahkan, dan tekanan yang selalu menghantui: di antaranya, Abi yang tak percaya Yesha bisa menang. Abi bahkan siap bertaruh: kalau Yesha kalah, dia harus menyerah dan menjadi hafizah.
Yesha hanya punya satu pilihan: menang, atau kehilangan kendali atas hidupnya.
Dengan kelihaian argumen yang dia miliki, bisakah dia berargumen melawan takdir?
[Cover by @dreaminblue_]