Meysica ke Belanda untuk mencari ayahnya, bukan untuk bertemu dengan pria yang sudah memiliki seseorang di sisinya. Tapi hidup tidak pernah sesederhana itu, bukan?
Meysica hanya ingin satu hal: menemukan ayahnya yang pergi meninggalkannya sejak kecil. Dengan beasiswa di tangannya, dia nekat terbang ke Belanda, berharap ada jawaban di sana. Tapi harapannya hancur saat sang ayah menolaknya mentah-mentah. Di tengah keterpurukan, dia bertemu Mees-seorang atlet sepak bola yang dingin, namun tanpa sadar menjadi satu-satunya tempatnya berlindung. Masalahnya? Mees punya pacar yang lebih beracun dari luka masa lalunya. Dan semakin lama, pria itu mulai mempertanyakan perasaannya sendiri.
"Lo bisa tinggal di sini, sementara" kata Mees akhirnya.
Meysica hampir tersedak air minumnya. "Apa?"
"Sementara," tegas Mees. "Sampai lo dapet tempat."
"Aku nggak bisa bayar," ucapnya jujur.
Mees menyandarkan kepalanya ke sofa, menatap langit-langit dengan ekspresi netral. "Gue nggak minta apa-apa."
Semua berawal dari surat cinta yang di anggap menjijikan oleh Luca, surat itu dari Kalias anak pendiam dengan kaca mata bulatnya.
surat berujung rasa menyedihkan menenggelamkan Kalias, membuatnya sadar jika segala sesuatu dilandasi dan digantungkan pada fisik.
ia akui ia tak semanis temannya, Nolan. Tapi ia masih berharap jika Luca menerimanya bukan karena ingin mendekati Nolan, tapi nyatanya semua membuatnya sadar.
Jika Kalias kalah, dan ia terperosok masuk dalam hubungan rumit. Hubungan di mana perasaannya digantungkan, Luca yang menyukai Nolah yang seorang primadona, dan Luca yang kekasih seorang Kalias seorang submisif biasa.
"Aku akan mengencani bahkan menikahi temanmu, jika kamu bersama orang lain, agar di setiap pertemuan kalian, aku bisa terlibat dan masih bisa melihatmu."
Part sudah tak lengkap