Shuo adalah seorang desainer grafis yang merasa selalu berada di tengah, tidak lebih dari perantara dalam hubungan. Anak tengah dalam keluarganya, dengan saudara-saudara yang cemerlang dan teman-teman yang selalu lebih menonjol, membuat Shuo merasa terabaikan. Meskipun ia memiliki bakat dan prestasi yang layak dihargai, ia selalu berada di balik bayang-bayang orang lain, baik di keluarga maupun di lingkaran pertemanannya. Hidupnya diwarnai dengan rasa terasing, tidak hanya dari orang lain tetapi juga dari dirinya sendiri, dan ia telah membangun tembok tinggi di hatinya untuk melindungi dirinya dari rasa sakit akibat selalu menjadi pilihan kedua.
Namun, segala sesuatunya berubah ketika seorang magang baru bernama Zimo datang ke kantornya. Zimo adalah sosok muda yang tampan dan sangat populer di kalangan gadis-gadis di kantor. Shuo segera menyadari bahwa Zimo sering mengamati dirinya dan sahabatnya, Yukun. Tanpa berpikir lebih jauh, Shuo menyimpulkan bahwa Zimo tertarik pada Yukun, dan ia pun merasa bahwa dirinya kembali berperan sebagai perantara dalam hubungan yang mungkin akan terjalin di antara mereka.
Tapi kenyataannya, Zimo ternyata tertarik padanya. Tanpa disadari oleh Shuo, Zimo mulai mendekatinya dengan cara yang berbeda. Meskipun Shuo merasa ragu dan khawatir, ia perlahan mulai merasakan sesuatu yang lebih, sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya. Mampukah Shuo melepas tembok yang telah dibangunnya dan menerima kenyataan bahwa, mungkin, ia tidak hanya berada di tengah-tengah, tapi juga di pusat perhatian yang pantas untuknya?