Arsenio jarang sekali bercerita, mengingat dia adalah anak remaja lelaki yang seharusnya pemberani. Tetapi manusia tetaplah manusia. Untungnya dia memiliki bakat melukis seperti ayahnya yang membuat dirinya memiliki kesempatan mengeluarkan emosi serta cerita yang tak bisa dia jelaskan. Sejak kecil, ia tumbuh dalam keluarga yang retak, di mana kasih sayang lebih sering menjadi bayangan daripada kenyataan. Sang ayah, seorang pelukis yang gagal. menghilang tanpa jejak saat Arsenio masih remaja, meninggalkan ibunya dalam kemarahan dan kelelahan tanpa akhir. Ibunya menganggap seni sebagai penghambat masa depan. Baginya, melukis hanyalah pelarian yang tak berguna-sesuatu yang akan membuat Arsenio terjebak dalam kegagalan seperti ayahnya. Remaja seperti dirinya seharusnya memiliki kesempatan dalam berimajinasi tinggi, bukan menerima kenyataan pahit yang membuatnya kehilangan semangat untuk melukis kembali. Dia hanya memperlukan kasih sayang dari orang tuanya yang tidak bisa dia dapatkan seperti anak lainnya. Namun, apakah Arsenio bertahan dengan rumahnya yang seperti kanvas kosong?All Rights Reserved
1 part