Pada tahun 1980, Jakarta bergerak dalam paradoks sosial yang tajam. Modernisasi menjulang di pusat kota, tetapi mayoritas penduduknya tetap terjebak dalam keterbelakangan sistemik. Pendidikan, yang seharusnya menjadi alat mobilitas sosial, justru menjadi pembatas tegas antara mereka yang lahir dengan hak istimewa dan mereka yang selamanya berada di bawah garis kemiskinan.
Di tengah keterpurukan ini, Aralic Marlowe, ilmuwan muda blasteran Indonesia-Amerika, menolak tunduk pada realitas yang tidak adil. Sejak dekade 1970-an, ia telah merancang konsep revolusioner, robot humanoid berbasis kecerdasan buatan yang mampu menggantikan sistem pendidikan konvensional. Namun, dalam era ketika komputer masih berukuran sebesar lemari es dan algoritma kecerdasan buatan masih sekadar teori, visinya dianggap utopis, sebuah kegilaan yang tidak layak diperhitungkan.
Keterbatasan sumber daya dan ketidakmampuan masyarakat menerima gagasan yang terlalu maju memaksanya meninggalkan tanah kelahirannya. Di Amerika, ia menemukan ekosistem yang tepat untuk mewujudkan teorinya. Selama dua dekade, ia membangun dan menyempurnakan arsitektur kecerdasan buatan yang mampu berpikir, belajar, dan beradaptasi layaknya manusia, bahkan melampauinya.
Tahun 2000, setelah tiga dekade penelitian yang penuh kegagalan dan modifikasi tanpa henti, lahirlah R.I.A.N. (Robotic Intelligence for Advanced Nurturing), humanoid AI pertama yang tidak hanya dapat mengakses informasi, tetapi juga memahami dunia, berevolusi, dan berinteraksi dengan manusia secara setara.
Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa manusia tidak pernah menerima sesuatu yang berada di luar kendali mereka. Jadi, apakah dunia siap menerima eksistensi yang melampaui batas manusia? Ataukah, seperti segala bentuk inovasi yang datang terlalu cepat, R.I.A.N. akan dianggap sebagai ancaman yang harus dimusnahkan?
{Masih dalam tahap revisi}
"𝘐 𝘩𝘢𝘷𝘦 𝘧𝘢𝘪𝘵𝘩 𝘪𝘯 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘪 𝘴𝘦𝘦, 𝘯𝘰𝘸 𝘪 𝘬𝘯𝘰𝘸 𝘩𝘢𝘷𝘦 𝘮𝘦𝘦𝘵 𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭, 𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘴𝘰𝘯, 𝘢𝘯𝘥 𝘩𝘦'𝘴 𝘭𝘰𝘰𝘬𝘴, 𝘱𝘦𝘳𝘧𝘦𝘤𝘵" - 𝙍𝙞𝙤𝙣 𝙆𝙚𝙣𝙯𝙤
"𝘐 𝘬𝘯𝘰𝘸, 𝘪 𝘬𝘯𝘰𝘸, 𝘪 𝘬𝘯𝘰𝘸 𝘧𝘰𝘳 𝘴𝘶𝘳𝘦, 𝘦𝘷𝘦𝘳𝘺𝘣𝘰𝘥𝘺 𝘸𝘢𝘯𝘯𝘢 𝘴𝘵𝘦𝘢𝘭 𝘮𝘺 𝘣𝘰𝘺, 𝘦𝘷𝘦𝘳𝘺𝘣𝘰𝘥𝘺 𝘸𝘢𝘯𝘯𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘦 𝘩𝘪𝘴 𝘩𝘦𝘢𝘳𝘵 𝘢𝘸𝘢𝘺, 𝘤𝘰𝘶𝘱𝘭𝘦 𝘣𝘪𝘭𝘭𝘪𝘰𝘯 𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘩𝘰𝘭𝘦 𝘸𝘪𝘥𝘦 𝘸𝘰𝘳𝘭𝘥, 𝘧𝘪𝘯𝘥 𝘢𝘯𝘰𝘵𝘩𝘦𝘳 𝘰𝘯𝘦 𝘤𝘢𝘶𝘴𝘦 𝘩𝘦 𝘣𝘦𝘭𝘰𝘯𝘨𝘴 𝘵𝘰 𝘮𝘦" - 𝘾𝙖𝙞𝙣𝙚 𝘾𝙝𝙖𝙣𝙖
•••
"𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐤𝐮" Apakah akan selamanya begitu? Atau hanya sekedar sementara lalu pergi meninggalkan untuk selamanya? Dan apakah mereka akan berakhir hanya bisa mengenang kisah saat masa-masa bersama dahulu, hingga menjadi abadi dalam benak mereka masing-masing.
•••
𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜⚠️
- toxic
- bahasa campur (nonbaku n baku)
- homophobic
Tolong bijak dalam membaca dan juga menjadi pembaca yang baik, happy reading my story all!
Start: 20, march 2024
Fin: 26, march 2025