Tamat dari SMA, Garin memutuskan untuk menjadi penulis novel solo yang sebelumnya menjadi penulis kolaborasi dengan Teguh, teman dekatnya. Teguh ingin menjadi penulis terkenal, karyanya diadaptasi jadi film, dan tentunya supaya tidak menjadi bayang-bayang Teguh. Dalam usahanya itu, Garin seringkali gagal. Naskahnya ditolak, penerbit kabur, dan juga karyanya sering dibandingkan dengan karya orang lain. Semua usahanya itu ada harganya. Ada resiko yang mesti diterima. Kehidupannya makin tidak terkendali.
Ketika semuanya menjadi kacau, sebuah pertanyaan yang dia lupakan kembali muncul.
"Sebenarnya, menulis itu untuk apa?"