Naya tumbuh dengan luka-luka yang tak terlihat. Ibunya, seorang penari klasik yang dulu berkilau di panggung, kini hanya bayangan dari masa lalunya. Ayahnya, seorang penyair yang hanya meninggalkan puisi-puisi patah di lembaran waktu. Di rumah itu, cinta terasa seperti mimpi yang tak pernah nyata, tapi juga tak pernah benar-benar pergi. Sejak kecil, Naya selalu mendengar bahwa ia harus menjadi kuat. "Kamu harus tahan," kata ibunya setiap kali Naya menangis. "Darah kita bukan darah lemah." Namun, semakin ia tumbuh, semakin ia bertanya-tanya, apakah menjadi kuat berarti harus menahan segala sakit sendirian? Di usia 19, Naya pergi ke kota, mencari kehidupan yang lebih dari sekadar warisan luka. Di sana, ia bertemu Lintang-seorang pemuda yang selalu membawa buku dan bertanya tentang makna hidup. Lintang melihat sesuatu dalam Naya yang bahkan ia sendiri tak pernah sadari. Namun, seperti hujan yang tak pernah benar-benar pergi dari langit, masa lalu selalu tahu bagaimana caranya kembali. Ketika ibunya jatuh sakit dan ia harus pulang, Naya dihadapkan pada kenyataan bahwa ia tak bisa terus berlari. Apakah benar darah yang mengalir dalam dirinya akan selalu membawa luka? Atau mungkinkah ia menemukan makna baru dalam segala rasa sakit yang telah ia warisi?Todos os Direitos Reservados
1 capítulo