Senandika Bandjermasin

Willem van Buren, seorang controller yang baru saja tiba di jantung Kalimantan, Bandjermasin dengan tekad mengukir tatanan kolonial, menganggap tugasnya hanya soal menegakkan kekuasaan. Namun, di balik tumpukan dokumen yang dingin dan angka-angka yang membosankan, ia harus bekerja berdampingan dengan Sri Rahayu, seorang juru tulis pribumi yang lebih dari sekadar tangan yang menulis. Rahayu adalah api yang tersembunyi di balik kesederhanaannya, terlibat dalam gerakan perlawanan yang diam-diam ia perjuangkan.

Awalnya, Willem melihat pribumi sebagai objek yang harus diatur, namun pertemuannya dengan Rahayu merubah segalanya. Dengan kecerdasan yang tajam, Rahayu membuka mata Willem terhadap penderitaan rakyat yang terkubur dalam birokrasi yang membelenggu mereka. Dalam keheningan yang memisahkan mereka-di antara tumpukan kertas dan kebijakan yang kejam-terjalinlah hubungan yang penuh ketegangan. Cinta mereka tumbuh seperti benih di tanah yang keras, saling bertentangan antara keyakinan yang dipertahankan dan hati yang mulai terbakar.

Saat Willem mulai meragukan sistem yang ia anut, Rahayu menyembunyikan rahasia yang bisa meruntuhkan dunia yang telah ia kenal. Di tengah perjuangan yang hening, keduanya berdiri di persimpangan, antara kesetiaan yang harus dipertahankan dan kebebasan yang tak terjangkau. Antara cinta yang tak terucapkan dan takdir yang menunggu untuk ditentang.