Pernahkah kau merasa tak mampu melupakan seseorang dalam hidupmu? Seseorang yang, entah bagaimana, begitu melekat di hati hingga rasanya mustahil untuk menggantikannya. Kamu mencoba, berkali-kali, dengan segala cara yang kamu bisa. Layaknya jejak yang tak dapat terhapus, pikiranmu kembali padanya. Selalu padanya.
Kisah ini bermula di bangku sekolah menengah yang.. mungkin terdengar naif dan sederhana kala itu. Masa yang sering dianggap konyol dan penuh kebodohan remaja. Bahkan ketika waktu berlalu, ketika usia semakin dewasa dan langkahmu hampir mencapai gerbang kelulusan kuliah, perasaan itu tetap ada. Ketika nalar seharusnya telah lebih matang, perasaan itu tetap bersemayam. Ia menolak pergi. Seperti bayangan yang enggan meninggalkanmu, ia terus bertahan di sudut hatimu.
Ada rasa bersalah di sana. Penyesalan yang tak kunjung selesai. Semua itu bercampur menjadi frustasi yang datang tanpa permisi, seperti badai yang tak menemukan ujung cakrawala. Kekosongan pun merayap, meninggalkan lubang dalam hati, seolah telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga namun tak pernah benar-benar bisa kamu genggam.
Lalu, tanpa disadari, diri ini terus saja terjebak dalam lingkaran perbandingan yang tak mungkin dimenangkan. Membandingkan hal-hal yang tak akan pernah bisa dicapai, memupuk angan-angan yang terlalu tinggi, dan berandai-andai seolah kenyataan bisa diubah. Seakan-akan menipu diri sendiri dengan harapan semu bahwa semua itu mungkin terjadi. Namun, kenyataannya, tak ada yang berubah. Semua tetap sama.
Kenyataan pahit itu selalu ditolak, ditendang jauh-jauh dari pikiran, tetapi pada akhirnya harus diterima dengan paksa. Seperti menelan pil pahit yang tak bisa dihindari.
Pada akhirnya, mampukah kita dengan tulus melepaskan seseorang yang begitu sulit dilupakan? Atau justru bayangannya akan terus tinggal, mengisi setiap sudut hati dan pikiran kita? Seperti kenangan yang enggan pudar meski waktu terus berjalan.. selamanya?
Setelah satu tahun bertahan di pernikahan itu, Sabrina pada akhirnya memilih kabur ketika kebenaran tentang suaminya terungkap.
Sabrina ingin memulai kehidupan yang jauh berbeda dari kehidupannya yang sebelumnya. Gadis itu yakin bahwa suaminya, Detra tidak akan mencarinya karena pria itu tidak pernah mencintainya.
Namun, siapa sangka hari itu mereka bertemu lagi.
"Bukankah kamu pantas untuk diikat selamanya di ranjang kita karena berusaha kabur dari suami kamu, Sabrina?" Detra datang dengan penampilan yang jauh berbeda dari ingatan terakhirnya.
***