Di sebuah sekolah yang penuh dengan prestasi, ada dua dunia yang selalu bertabrakan-dunia para juara dan dunia mereka yang mencoba mengejar impian, meski dengan segala kekurangan. Di sinilah cerita dimulai, antara seorang gadis yang tidak terlalu tertarik dengan musik, seorang pemuda dengan trauma mendalam, dan mimpi besar untuk sebuah band yang seakan mustahil tercapai.
Natasya Aurellia tidak pernah membayangkan dirinya akan terlibat dalam dunia musik. Dengan peringkat yang baik di sekolah, dia lebih fokus pada pelajaran dan masa depannya yang terencana rapi. Namun, semuanya berubah saat dia bertemu dengan Alvano Sagara-seorang pemuda ceria dengan mimpi besar. Mimpi yang bahkan dia tidak tahu bagaimana cara memulainya. Alvano ingin membentuk band, dan meskipun Natasya tidak suka musik, dia merasa tergerak untuk membantu mewujudkan impian Alvano, hanya karena satu hal-Natasya menyukai Alvano lebih dari sekadar teman.
Di sisi lain, ada Bima Pratama, sahabat Alvano sejak kecil yang selalu ada untuknya, terutama saat Alvano berjuang dengan trauma yang sulit dia lupakan. Meskipun berperawakan besar dan cenderung santai, Bima juga punya bakat yang tak kalah hebat. Namun, bagaimana mereka bisa membentuk band yang solid dengan segala ketidaksempurnaan mereka?
Di dunia yang penuh dengan ketegangan dan persaingan ini, akan ada teman-teman yang datang dan pergi, konflik yang tak terhindarkan, dan rasa iri yang harus diselesaikan. Dengan satu tujuan bersama, apakah Echo Soul bisa benar-benar bersinar? Ataukah mereka akan tenggelam di bawah harapan yang tak bisa mereka penuhi?
Ini adalah cerita tentang mimpi, persahabatan, dan keberanian untuk berubah, meskipun dunia tidak selalu berpihak pada mereka.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan