Kisah Adam dan Hawa adalah tentang dua hati yang saling mencintai dalam diam, mendoakan tanpa saling mengetahui, dan akhirnya dipersatukan oleh takdir dengan cara yang paling indah.
Dari masa remaja mereka di SMK, keduanya belajar bahwa cinta yang sejati bukan tentang memiliki dengan tergesa-gesa, tetapi tentang menunggu dalam kesabaran dan menjaga dalam ketaatan. Mereka tumbuh, berjuang, dan melewati berbagai fase kehidupan, dari pendidikan, karier, hingga menemukan jati diri masing-masing.
Adam, dengan perjalanan spiritualnya sejak SMP, menemukan cahaya Islam yang membawanya pada ketenangan sejati. Hawa, dengan kesabaran dan ketulusannya, selalu menjadi doa yang tanpa ia sadari menjadi bagian dari takdir Adam.
Dalam perjalanan mereka, ada perpisahan, perjuangan, dan kehilangan, tetapi cinta yang tumbuh dalam iman selalu menemukan jalannya.
Pada akhirnya, kisah mereka mengajarkan bahwa cinta yang terbaik adalah cinta yang diridhoi Allah.
Karena sejatinya, cinta bukan sekadar tentang bersama di dunia, tetapi juga berjuang untuk bertemu kembali di surga-Nya.
Tidak semua cinta harus diungkapkan. Ada yang cukup disimpan dalam doa, dipelihara dalam keheningan. Tanpa tatapan, tanpa kata, namun tetap tumbuh dalam hati. Ini adalah kisah tentang cinta yang tak terucap, tetapi begitu nyata. Sebuah perjalanan dua hati yang saling mendoakan tanpa saling mengetahui. Siapkah kamu merasakan keindahannya?
"kita ini apa?" Tanya cowok itu. Akan tetapi tak pernah tau jawabannya.
Fara diora zevanya, seorang mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta. Gadis tanpa tujuan hidup itu selalu ragu dengan apa arti rasa, hingga berkelana kesana kemari mencari hati yang nyaman untuk menetap.
Sebuah kebetulan mempertemukannya dengan cowok bernama Jidan saka dewangga. Tanpa sadar, Jidan diam-diam terlanjur larut dalam perhatian gadis itu, disaat Fara hanya berniat untuk mengenalnya saja, Jidan jatuh sedalam-dalamnya. Begitu ia mendambakan sebuah kepastian.
Perjalanan mereka munuju masa depan yang tak pernah dibayangkan, sebagaimana takdir memberi pertemuan, disana pula mereka diberi jarak oleh garis hidup. Tercapainya tujuan hidup yang tinggi seolah membuat mereka seperti berada di semesta yang berbeda.
Lalu bagaimana cara Jidan menyelesaikan perkara perasaan yang ia punya? Dengan dekapan luka yang meragukannya terus berjuang. Apa Fara akhirnya menetap disana setelah lama berkelana?
Cinta memang bisa menjadi milik siapa saja. Lantas, bagaimana melewati penundaan atas terjalinnya sebuah hubungan itu?