Blurb...
Wafi selalu merasa dirinya di tengah-tengah, tidak gagal, tapi juga tidak sukses, tidak maju, tapi juga enggan mundur. Hidupnya di kota hanyalah serangkaian hari yang berjalan tanpa arah, sampai sebuah panggilan dari kampung halaman memaksanya untuk pulang.
Rumah peninggalan orang tuanya hendak dijual, dan Wafi harus mengambil keputusan. Awalnya, ia pikir ini hanya soal tanda tangan dan transaksi. Namun, pertemuan dengan sahabat-sahabat lamanya justru mengguncang apa yang selama ini ia anggap pasti.
Di antara obrolan malam yang hangat, tawa yang terasa akrab, dan percakapan sederhana yang menyentuh, Wafi mulai melihat kembali hidupnya, impian yang ia tinggalkan, ketakutan yang selama ini membelenggu, dan mungkin, alasan mengapa ia benar-benar pulang.
Di persimpangan antara melepaskan dan bertahan, Wafi harus menghadapi pertanyaan terbesar dalam hidupnya: apakah ia berani melangkah, atau tetap menjadi manusia yang setengah-setengah?
Mungkin, pulang bukan sekadar kembali ke tempat lama, tapi menemukan kembali dirinya yang pernah hilang..
Kasera Paradista beraroma manis. Di hari Senin, seperti permen kapas. Hari Selasa terasa seperti sekeranjang buah stroberi. Rabu seperti permen lolipop. Kamis aromanya menggemaskan, serupa seorang bayi yang baru didandani namun malah ketumpahan susu manisnya. Hari Jumat serupa latte aromanya.
Kasera yang legit begitu meracuni Sajiwa. Manisnya keterlaluan, dan Sajiwa beragenda menindih aroma manisnya Kasera dengan harumnya yang serupa hutan dan laut.
was 🥈 #2 from 28k story kategori sajak