Kayla selalu hidup dalam bayang-bayang kebencian keluarganya. Sejak tragedi yang merenggut nyawa kedua orang tuanya, ia menjadi sosok yang dipersalahkan-meskipun ia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setiap tatapan penuh benci, setiap kata yang menyakitkan, semuanya ia terima tanpa perlawanan.
Hingga akhirnya, Kayla menyadari bahwa waktunya di dunia ini tidak akan lama lagi. Alih-alih berharap diterima, ia justru ingin mereka terus membencinya. Karena baginya, lebih baik dilupakan daripada meninggalkan luka yang lebih dalam saat ia pergi untuk selamanya.
Suatu hari, dengan suara yang lirih, Kayla berbicara kepada kakaknya, matanya penuh dengan kelelahan yang telah lama ia pendam.
"Aku tidak tahu mengapa kalian membenciku... Apa karena kejadian itu? Bahkan aku pun tidak tahu penyebabnya." Kayla tersenyum tipis, menahan perasaan yang sesak di dadanya. "Aku tidak apa-apa jika kalian membenciku, bahkan lebih baik jika kalian terus membenciku sampai waktuku habis."
Tatapan kakaknya tetap dingin, tanpa sedikit pun menunjukkan tanda iba.
"Bang, waktuku tinggal sedikit lagi. Kuharap kalian bahagia tanpaku. Aku tak ingin kalian merasa sedih, teruslah membenciku dan menganggapku tak ada. Itu lebih baik daripada kalian menangis karena kepergianku."
Tak ada yang tahu bahwa Kayla sudah berada di ambang akhir hidupnya. Tak ada yang tahu seberapa sakit ia menahan semuanya sendiri.
Namun, apakah benar keluarganya akan tetap membencinya ketika akhirnya ia benar-benar pergi? Atau, justru penyesalan akan datang terlambat?
"You are mine," He murmured across my skin. He inhaled my scent deeply and kissed the mark he gave me. I shuddered as he lightly nipped it. "Danny, you are mine and only mine, you understand?"
Daniella Saunders had a pretty rough life. After being heartbroken and betrayed by both her father and her boyfriend, Danny moves to a small town to find the comfort of her mother. Everything is not what it seems and soon, Danny finds herself in the middle of a world she didn't even knew existed outside of fiction novels and movies. Not only does the town seem bizarre, but her senses heighten, her temper is out of control, and her hunger amplify. Throw in an arrogant, selfish, sexy, possessive player who didn't even want her in the first place, her life just seamlessly attract madness. Especially with those creepy threats coming from a "Silver Bullet", she can't keep still.