TERLAMBAT PULANG,ENGAKU TELAH MENIGGALKAN KU SELAMA-LAMANYA

Cerita ini mengisahkan penyesalan mendalam seseorang yang terlambat menyampaikan perasaan dan kehadirannya kepada orang yang paling berharga dalam hidupnya. Tokoh utama, seorang pemuda (atau pemudi), bergegas menuju rumah sakit setelah mendengar kabar bahwa seseorang yang sangat ia sayangi sedang kritis. Sepanjang perjalanan, hatinya dipenuhi harapan agar masih ada waktu untuk bertemu, untuk mengucapkan kata-kata yang selama ini tertahan. Namun, sesampainya di sana, ia hanya menemukan keheningan dan wajah-wajah yang dipenuhi kesedihan.

Orang yang ia cari telah pergi-selamanya. Sesal pun menghantamnya tanpa ampun. Andai saja ia datang lebih cepat. Andai saja ia lebih sering mengungkapkan perasaannya sebelum semuanya terlambat. Namun kini, yang tersisa hanyalah kenangan dan kata-kata yang tak sempat terucap.

Cerita ini menggambarkan betapa berharganya waktu dan kesempatan untuk mencintai serta menghargai orang-orang terdekat sebelum semuanya menjadi kenangan yang tak bisa diubah.

Hujan turun perlahan, seolah ikut meratapi kepergian yang tak bisa lagi dicegah. Langkah-langkahnya terasa berat saat mendekati kamar rumah sakit itu, yang kini hanya berisi tubuh tak bernyawa yang terbaring dalam damai.

Matanya menatap nanar sosok yang kini hanya bisa ia sentuh tanpa bisa membalas genggaman tangannya. Dada sesak, kata-kata yang selama ini ia simpan mendadak tidak berarti lagi. Bibirnya gemetar, tetapi tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Waktu telah merenggut semua kesempatan.

Di sekelilingnya, isak tangis memenuhi ruangan. Orang-orang datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Namun, bagi tokoh utama, kepergian ini lebih dari sekadar kehilangan-ini adalah penyesalan terbesar dalam hidupnya.

Ia duduk di samping ranjang, jemarinya menggenggam erat tangan yang mulai terasa dingin. "Maaf..." bisiknya, meski ia tahu, kata itu tak akan pernah bisa mengubah apa pun.

Di luar, hujan semakin deras. Seakan langit sendiri menangisi sebuah perpisahan yang tak bisa dihindari.