FANDERLUIS

Mereka bilang itu kecelakaan.
Mereka bilang Nichola Fanderluis meninggal begitu saja.
Mereka salah.

Raquel Fanderluis tidak pernah percaya pada kebetulan. Adiknya tidak mati karena takdir-ada yang membuatnya mati. Ada yang menyiksanya. Ada yang mengkhianatinya. Dan Raquel tahu semuanya.

Dengan tatapan dingin dan langkah penuh perhitungan, Raquel kembali ke sekolah yang dulu menjadi neraka bagi Nichola. Tapi kali ini, ia bukan korban. Ia adalah ancaman. Ia adalah bahaya yang datang tanpa suara.

Ia sudah tahu segalanya-bagaimana Nichola mencintai Demian dengan tulus, hanya untuk diabaikan dan disakiti. Bagaimana Diksa dengan senyum manipulatifnya membuat Nichola percaya, lalu menjatuhkannya. Bagaimana orang-orang yang seharusnya melindunginya justru menghancurkannya.

Tapi Raquel tidak akan langsung menyerang. Tidak. Itu terlalu mudah.

Ia akan menarik mereka satu per satu. Ia akan menguji mereka, membuat mereka merasakan ketakutan yang pernah Nichola rasakan.

"Aku ingin menghancurkanmu, Demian."

Itu yang ia katakan. Itu yang ia yakini.

Tapi mengapa, setiap kali bahaya mengancam Demian, tangannya justru bergerak lebih cepat untuk menyelamatkannya?

Dendam dan kasih sayang bertarung di dalam dirinya.

Namun satu hal pasti-Raquel tidak akan berhenti sampai ia menemukan siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas kematian Nichola. Dan jika seseorang harus jatuh dalam prosesnya, maka biarlah begitu.

Ini bukan hanya tentang balas dendam. Ini adalah tentang kebenaran.
Dan kebenaran... selalu lebih mengerikan daripada kebohongan.