Di dunia yang penuh dengan paradoks, ada dua jiwa yang tumbuh bersamaan, berbagi setiap detik kehidupan, namun takdir memisahkan mereka dalam diam.
Mereka adalah saudara kembar yang sejak lahir tak pernah terpisahkan, tetapi sebuah keputusan keras yang dipaksakan oleh nasib menuntun mereka pada jalan yang berbeda. Satu tinggal di kota yang gemerlap, dengan segala kemewahan dan tekanan hidup yang memeluknya, sementara yang satunya terjebak di pedalaman, menapaki kehidupan yang penuh tantangan dan keterbatasan.
Meskipun terpisah oleh jarak, ikatan batin mereka tetap ada. Namun takdir yang berbeda mengukir luka yang tak terlihat, mengubah mereka menjadi dua sosok yang hampir asing.
Kehidupan mereka yang dulunya menyatu dalam irama yang sama, kini berjalan dengan langkah yang terpisah. Takdir memanggil mereka untuk mencari kembali makna di balik keterpisahan itu, di tengah kerumitan takdir yang tak bisa dielakkan.
Tujuh kepala yang tinggal di dalam satu atap, saudara satu kakek tapi asing satu sama lain. Bagaimana mau hidup bersama jika terus saling tidak peduli?
Rumah perlahan-lahan menjadi sesuatu yang memuakkan hanya dalam tiga bulan. Ingin pulang tapi tidak ada yang menunggu. Karena memang rumah itulah satu-satunya tempat yang menyambut kedatangan mereka, entah dengan amarah, duka, atau suka.
Jauh lebih baik dibanding rumah yang mati.