Bahagialah Selalu

Viola Azya Pricylia alamsyah tak pernah percaya bahwa cinta bisa benar-benar menyembuhkan. Luka masa lalunya terlalu dalam, keluarganya terlalu berantakan, dan hatinya sudah lama rapuh. Sementara itu, Azkhara juna davindra tumbuh dengan kehampaan yang tak terlihat seorang anak laki-laki yang terbiasa menghadapi kerasnya hidup tanpa kasih sayang yang cukup dari ayahnya.

Dalam derasnya hujan, di bawah langit kelabu, Viola dan Azkhara berbagi rahasia, ketakutan, dan luka tapi tanpa diucapkan dengan kata-kata.

Viola baru tahu betapa dalamnya luka yang Azkhara sembunyikan di balik sikapnya yang tenang. Namun, yang tak pernah Azkhara sadari adalah bahwa Viola pun membawa beban yang sama beratnya. Ia juga terluka, tergores oleh masa lalu yang tak memberi ruang bagi harapan. Tapi berbeda dengan Azkhara yang perlahan mulai membuka dirinya, Viola memilih untuk tetap diam. Ia menelan semua rasa sakitnya sendiri, bukan karena tak percaya pada Azkhara, melainkan karena ia tak ingin menambah beban yang sudah cukup berat di pundak laki-laki itu. Bagi Viola, jika ia bisa menyimpan kepedihannya sendiri, mungkin Azkhara bisa menemukan kebahagiaannya tanpa harus terbebani oleh luka yang lain.

Namun, semakin dekat mereka, semakin besar pula ketakutan Viola. Bisakah ia membiarkan dirinya jatuh dalam pelukan Azkhara? Ataukah cinta mereka hanya akan menjadi ilusi yang tak pernah benar-benar nyata?

Mereka dihadapkan pada pilihan bertahan bersama dan saling menguatkan, atau membiarkan masa lalu merenggut kebahagiaan yang seharusnya mereka miliki.

Karena di antara rinai hujan, Viola dan Azkhara belajar satu hal "terkadang, cinta bukan tentang mencari seseorang yang sempurna, tetapi tentang menemukan seseorang yang bersedia tetap tinggal meski badai terus menerpa, kadang tidak selalu hadir, tapi tetap terasa selalu ada."