"dilla!!!" teriak bunda memanggilku "iya bun sebentar" ucapku bergegas untuk turun. namaku ivona faradilla, anak kedua dari tiga bersaudara, aku memiliki kakak perempuan yang bernama alessa dan adek perempuan namira. mereka sangat baik kepada semua orang, tapi tidak denganku. "lama banget sih .. kamu ngapain di atas? bunda panggil dari tadi juga gak turun turun!!" omel bunda memarahiku "iya, tadi dilla lagi beresin kasur bun.. kenapa??" tanyaku sesampainya di bawah. "tugas kamu di rumah ngapain? lihat kaka kamu.. jam segini udah pergi kerja.. adek kamu udah kuliah.. kamu? cuma nolong bunda aja gk mau" cerocos bunda tak ada hentinya. aku menghela nafas, mendegus kesal mendengar omelan bunda yang tiada habisnya. "kan udah bun.. dilla juga udah beresin rumah, udah cuci piring, udah cuci baju. apa lagi?" jawabku kesal. "ya ngapain kek.. percuma bunda nguliahin kamu kalo endingnya kamu gak kerja. ngabis ngabisin duit aja" ucap bunda pergi dari hadapanku. hatiku sakit mendengar ucapan bunda yang semakin hari semakin pedas, rasanya aku ingin kabur dari rumah ini hanya untuk sekedar mendapatkan ketenangan. "tapi bagaimana caranya? lamaran kerjaku masih di tolak, belum ada yang menerimaku" batinku kebingungan aku kembali berjalan menaiki tangga menuju kamarku, pikiranku mulai melayang layang mencari cara supaya bisa keluar dari rumah ini. rasanya sengsara kalau di biarkan terus. "nikah" satu kata terbesit dari benakku. "nikah? ide yang bagus" ucapku menemukan cara tepat untuk pindah. "wait tapi sama siapa?" tanyaku lagi bingung. "dahlah gampang nanti kita cari" gumamku lagi dan mulai menyusun strategi. aku hanya ingin hidup bebas tanpa adanya tekanan, dan aku adalah seorang wanita yang sedang mencari kata "tenang"All Rights Reserved
1 part