Story cover for Y.E.L.L.O.W The last of us by Sandakalaaa_
Y.E.L.L.O.W The last of us
  • WpView
    Reads 16
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 3
  • WpView
    Reads 16
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 3
Ongoing, First published Mar 08
Mereka menghilang. Begitu saja.

Tidak ada teriakan. Tidak ada perlawanan. Tidak ada yang tersisa.

Hanya keheningan... dan kehampaan.

Kau mencoba mengingat nama mereka, wajah mereka, suara mereka-tapi semuanya memudar. Seperti kabut yang tersapu angin. Seperti mereka tak pernah ada.

Tapi kau tahu itu bohong.

Sebab bisikan itu masih ada. Bersembunyi di celah-celah malam, menyusup ke telingamu saat kau sendirian. Langkah-langkah samar mengikuti di belakangmu, selalu tepat di luar jangkauan penglihatan.

Ada sesuatu di sana. Sesuatu yang seharusnya tak ada.

Clan Sanjou hancur dalam bayang-bayang yang tak bisa dijelaskan. Hanabi bersembunyi, tapi bukan dari sesuatu yang bisa kau lihat. Hanzo selalu mengawasi, tapi bukan dengan mata manusia.

Dan Rangga Gilang...

Ia tersenyum. Berbicara dengan nada ringan, tapi setiap katanya terasa seperti belati yang menyelinap ke dalam kepalamu.
"Jangan mencari mereka."

Tapi kau sudah terlanjur.

Kau menggali lebih dalam.
All Rights Reserved
Sign up to add Y.E.L.L.O.W The last of us to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Althalan Vs Amore  by ZinniaPeruviana_
23 parts Complete Mature
Jangan lupa follow Ig: ZinniaPeruviana Di hadapan Althalan, seorang wanita berlutut, menggenggam tangannya yang dingin. Amore. Wajahnya pucat, air matanya bercampur dengan rintik hujan yang membasahi pipinya. Perutnya yang membesar menandakan kehidupan yang sedang ia lindungi-anak kembar yang masih belum lahir, darah daging Althalan. "Kamu nggak boleh mati, Alva...!" "Kamu janji bakal ngebesarin mereka bareng aku, kan?! Kamu nggak boleh pergi sekarang!" Althalan terkekeh lemah. Darah mengalir dari sudut bibirnya, tapi sorot matanya masih samapenuh dominasi, penuh kepastian. Tubuhnya gemetar, tapi bukan karena ketakutan. "Dengerin aku, Lova..." "Anak kita... mereka akan lahir membawa darah aku... Mereka bakal lebih kuat, lebih kejam... dunia ini nggak bakal bisa ngelawan mereka." Amore menggeleng, air matanya jatuh lebih deras. "Jangan ngomong gitu, dasar brengsek! Mereka butuh kamu! Aku butuh kamu!" "Amore" Suaranya kini terdengar lebih dalam, hampir seperti bisikan maut. "Jangan takut. Aku udah senang karena mereka sebentar lagi akan lahir, mereka warisan yang jauh lebih besar dari apapun, mereka nggak akan tumbuh sebagai manusia biasa." "Kita akan terus bersama, aku akan selalu berada di sampingmu sayang, jangan menangis seperti itu, lihat mereka tidak senang melihat mommynya menangis! Mereka adalah dua pilar kehidupan, Walaupun aku sudah tidak ada didunia ini aku berjanji, akan terus melihatmu bahagia bersama kedua anak kita sayang!" Hujan terus turun, membasahi wajahnya yang semakin pucat. Aura iblisnya berputar semakin liar, sebelum akhirnya menghilang bersama helaan napas terakhirnya. Althalan, akhirnya berhenti bernapas. Namun, di balik keheningan yang menyakitkan, dia bisa merasakan sesuatu yang lain dua kehidupan kecil yang sedang berkembang di dalam dirinya. Anak-anak mereka. Dengan mata yang masih dipenuhi air mata, Amore menunduk, bibirnya bergetar. "Mereka akan lebih kuat dariku..."
Sierra : Bayangan Waktu by Lecymiuu
5 parts Ongoing
"Dasar wanita jalang!, berani-beraninya kau memiliki anak dari selingkuhan mu itu!," teriakan seorang pria menggema ke seluruh ruangan. Terdengar suara pertengkaran antara suami istri. Suasana itu sangat membuat anak mereka, Niko dan adiknya merasa tidak nyaman. Sementara orangtua mereka bertengkar, diruangan lain, Niko sedang menenangkan adiknya yang tak henti-henti menangis. "Cup cupp, jangan nangis lagi adek.., kakak ada disini kok..," ucap anak laki-laki itu sambil menggendong adiknya. Anak itu melihat ke ujung ruangan, dilihatnya penutup telinga untuk musim dingin tergeletak di meja. Segera ia ambil penutup telinga itu dan memasangkannya ke sang adik. "Kuharap dengan ini.., ia akan berhenti menangis..," batin anak itu. Tak lama kemudian, adiknya pun berhenti menangis dan perlahan memejamkan matanya. Niko yang sudah kelelahan itu pun juga perlahan memejamkan matanya. Keesokan harinya, Niko terbangun dengan keadaan adiknya yang sudah tidak ada disampingnya. Rasa panik menyelimuti dirinya, berpikir pasti ada hal yang terjadi pada adiknya. Ia pun berlari dari satu ruangan ke ruangan lain untuk mencari adiknya. Namun ia tidak menemukan adiknya dimana-mana. Ia malah bertemu dengan sang ayah yang sedang duduk diruang keluarga. "Sudahlah Niko, tak ada gunanya mencari mereka. Sekarang kamu siap-siap, ikut ayah," saut ayahnya. "Memang kita mau kemana yah..?," tanya Niko dengan suara gemetar. "Ikuti saja perkataan ku" "B-baik yah.." Di sela-sela mengemasi barang, ia teringat dengan sang adik. Ia teringat bahwa masih ada album adiknya di kamar. Ia bergegas ke kamar dan mencari album sang adik. Album itu kini sudah berada ditangannya. Ia membawa salah satu foto adiknya disitu. Mereka sampai di suatu tempat. Saat sampai di tempat itu, ia sedikit bingung karena tempat itu adalah panti asuhan. "Kamu akan tinggal disini mulai sekarang, tapi tenang saja, ayah akan menjengukmu suatu hari nanti, Niko", ucap sang ayah. ......
Midnight Rules (HARQEEL AU) by lucyanneth
8 parts Ongoing
Ada bangunan tua di ujung Lerangjati. Berdiri sendirian, dikelilingi ladang ilalang dan hutan yang terlalu sunyi untuk sebuah siang hari. Warga desa menyebutnya "Sekolah Tengah Ladang"-tempat yang dulunya mansion milik keluarga terpandang, kini menjadi sekolah menengah pertama yang terpencil dan nyaris terlupakan. Tak ada yang benar-benar tahu sejarah lengkap bangunan itu. Yang orang-orang ingat hanyalah bisik-bisik samar: kabar tentang malam yang berubah menjadi kelam, tentang suara tembakan yang membelah sunyi, dan tentang darah yang pernah membasahi lantai marmernya. Tapi itu sudah puluhan tahun lalu. Kini tempat itu tampak seperti sekolah biasa, meski terlalu besar untuk jumlah murid yang sedikit. Dindingnya masih berdiri kokoh, meskipun waktu dan cuaca telah menggerogoti warna-warnanya. Jendela-jendelanya tinggi dan sepi. Pohon oak tua di belakang gedung masih tegak seperti dulu-menjulang, menyimpan sesuatu yang tak pernah bisa benar-benar mati. Dan suatu hari, seorang guru baru datang ke sana. Namanya Aqeela. Ia tidak tahu bahwa langkah kakinya menuju sekolah itu adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar tugas mengajar. Ia tidak tahu bahwa masa lalunya tidak benar-benar terkubur. Bahwa ada jiwa yang masih menunggu dalam diam. Bahwa ada mata yang telah lama mengamati... dan tak pernah benar-benar pergi. Karena tidak semua yang hilang... bisa dilupakan. Dan tidak semua yang mati... bisa dilupakan. [Genre : Horror, Thriller, Mystery, Dark Romance. Genre lain? Akan di add sesuai alur cerita]
You may also like
Slide 1 of 8
Althalan Vs Amore  cover
Sierra : Bayangan Waktu cover
Trouble I'm In  cover
Jangan Takut cover
Midnight Rules (HARQEEL AU) cover
OH MY HANDOZ ! cover
CHANDRAKUMARA cover
The Darkness Of The Kalan [END] cover

Althalan Vs Amore

23 parts Complete Mature

Jangan lupa follow Ig: ZinniaPeruviana Di hadapan Althalan, seorang wanita berlutut, menggenggam tangannya yang dingin. Amore. Wajahnya pucat, air matanya bercampur dengan rintik hujan yang membasahi pipinya. Perutnya yang membesar menandakan kehidupan yang sedang ia lindungi-anak kembar yang masih belum lahir, darah daging Althalan. "Kamu nggak boleh mati, Alva...!" "Kamu janji bakal ngebesarin mereka bareng aku, kan?! Kamu nggak boleh pergi sekarang!" Althalan terkekeh lemah. Darah mengalir dari sudut bibirnya, tapi sorot matanya masih samapenuh dominasi, penuh kepastian. Tubuhnya gemetar, tapi bukan karena ketakutan. "Dengerin aku, Lova..." "Anak kita... mereka akan lahir membawa darah aku... Mereka bakal lebih kuat, lebih kejam... dunia ini nggak bakal bisa ngelawan mereka." Amore menggeleng, air matanya jatuh lebih deras. "Jangan ngomong gitu, dasar brengsek! Mereka butuh kamu! Aku butuh kamu!" "Amore" Suaranya kini terdengar lebih dalam, hampir seperti bisikan maut. "Jangan takut. Aku udah senang karena mereka sebentar lagi akan lahir, mereka warisan yang jauh lebih besar dari apapun, mereka nggak akan tumbuh sebagai manusia biasa." "Kita akan terus bersama, aku akan selalu berada di sampingmu sayang, jangan menangis seperti itu, lihat mereka tidak senang melihat mommynya menangis! Mereka adalah dua pilar kehidupan, Walaupun aku sudah tidak ada didunia ini aku berjanji, akan terus melihatmu bahagia bersama kedua anak kita sayang!" Hujan terus turun, membasahi wajahnya yang semakin pucat. Aura iblisnya berputar semakin liar, sebelum akhirnya menghilang bersama helaan napas terakhirnya. Althalan, akhirnya berhenti bernapas. Namun, di balik keheningan yang menyakitkan, dia bisa merasakan sesuatu yang lain dua kehidupan kecil yang sedang berkembang di dalam dirinya. Anak-anak mereka. Dengan mata yang masih dipenuhi air mata, Amore menunduk, bibirnya bergetar. "Mereka akan lebih kuat dariku..."