Aku tidak pernah mengira bahwa pertemuan singkat di sebuah perjamuan bisnis akan mengubah seluruh hidupku. Dia datang dengan senyum yang mampu menghancurkan semua batasan yang kupasang. Aku tahu aku tidak seharusnya jatuh cinta padanya-aku sudah memiliki tunangan. Tapi hatiku mengkhianatiku. Rayuannya malam itu membawaku ke sebuah awal yang manis sekaligus menyakitkan. Setiap pertemuan kami selalu diabadikan dalam sebuah foto, seolah-olah ia ingin mengukir kisah kami dalam bingkai yang tak akan pudar. "Sampai foto ke-100," katanya sambil tersenyum. Aku tidak mengerti saat itu, tapi aku menuruti permintaannya. Hari itu tiba lebih cepat dari yang kuduga. Foto ke-100 kami diambil di rumah sakit, di saat napasnya sudah begitu lemah. "Aku mencintaimu, Mino," adalah kata-kata terakhir yang kudengar darinya sebelum pagi merebutnya dariku selamanya. Dia pergi, dan bersamanya, separuh dari jiwaku ikut terkubur. Aku mencoba bertahan, tapi dunia terasa kosong tanpa dirinya. Dan lambat laun, kewarasanku ikut pudar. Karena bagaimana aku bisa hidup, jika satu-satunya cinta yang kumiliki telah mati?All Rights Reserved
1 part