Di kampus ternama Universitas Al-Azhar, sosok Rayyan al-Fatih Ramadhan dikenal sebagai dosen killer. Usianya baru 29 tahun, namun karismanya yang memikat dan kecerdasannya yang luar biasa membuat mahasiswa segan sekaligus kagum. Tatapan matanya yang tajam, dipadu dengan tutur katanya yang lugas dan tegas, mampu membuat mahasiswa paling bandel pun tertunduk patuh. Namun di balik sikapnya yang terkesan dingin dan serius, tersimpan hati yang hangat dan penuh perhatian, terutama pada mereka yang benar-benar berusaha. Rayyan, dengan jas rapi dan rambut yang selalu tertata sempurna, adalah gambaran ideal seorang akademisi yang sukses. Ia memiliki aura kepemimpinan yang kuat dan kecerdasan yang tak perlu diragukan lagi.
Di sisi lain, Rania al-Qadri Humaira, mahasiswi kedokteran berusia 17 tahun, hadir dengan citra yang sangat berbeda. Gadis bercadar ini begitu anggun dan menawan. Di balik cadarnya, terpancar kecerdasan dan keteguhan hati yang luar biasa. Rania adalah sosok yang tekun, rajin, dan memiliki tekad yang kuat untuk mencapai cita-citanya. Ia selalu berusaha keras dalam studinya, meskipun terkadang merasa kesulitan menghadapi tantangan di dunia kedokteran yang begitu kompleks. Rania adalah pribadi yang pendiam dan pemalu, namun di saat yang tepat, ia mampu menunjukkan keberanian dan kecerdasannya. Ia adalah permata tersembunyi yang menunggu untuk ditemukan dan bersinar.
Kontras yang mencolok antara Rayyan dan Rania menciptakan dinamika yang menarik. Pertemuan mereka di kampus, di mana Rayyan adalah dosen dan Rania adalah mahasiswanya, menjadi awal dari sebuah kisah cinta yang penuh tantangan dan lika-liku. Bagaimana kisah cinta mereka akan berkembang di tengah perbedaan usia dan kepribadian mereka yang begitu bertolak belakang? Itulah inti cerita "Qalbi Wa Hubbi".