Story cover for Bulan [On Going] by Bimasaktihuuis
Bulan [On Going]
  • WpView
    Reads 2,410
  • WpVote
    Votes 343
  • WpPart
    Parts 68
  • WpView
    Reads 2,410
  • WpVote
    Votes 343
  • WpPart
    Parts 68
Ongoing, First published Mar 12
2 new parts
"isn't the moon beautiful?" tapi aku bukan bulan yang selalu di pandang semua orang.

Aku  Luan Esmeray. Cewek yang merasa tidak cukup baik, tidak cukup cantik, dan tidak cukup berharga.

Orang bilang nama aku cantik,tapi hanya nama,bukan aku sendiri. Lagian siapa yang menyangka cewek penyakitan seperti aku ini cantik? Bahkan orang tuaku juga berpikir aku ini menyusahkan. Mereka tidak pernah memahami aku,melihat kelebihan aku.

Bulan menyinari kegelapan tapi tidak denganku. Aku merasa seperti bayangan yang selalu bersembunyi di balik cahaya bulan. Aku ingin sekali merasa berharga,merasa cantik,dan merasa di cintai. 
Sampai aku bertemu seseorang yang menganggap kehadiranku berarti. Seseorang yang membuat aku merasa tidak sendirian lagi.

Tapi, apakah cinta kita akan bertahan selamanya? Apakah kami akan selalu bersama, atau salah satu dari kami akan pergi? Aku tidak tahu, tapi aku berharap cinta kita akan menjadi cahaya yang menyinari kegelapan.
All Rights Reserved
Table of contents
Sign up to add Bulan [On Going] to your library and receive updates
or
#2penyakit
Content Guidelines
You may also like
BULAN (END) by iloveyoubyy
34 parts Complete
Bulan sosok yang terlahir dengan sejuta kasih sayang, namun pada ahkirnya ia kehilangan sejuta kasih sayang tersebut. Takdir mempermainkan dirinya dengan baik, menyisakan kesedihan di dalam kehidupannya. Menyisakan goresan-goresan yang tidak ia ketahui kapan goresan tersebut akan menghilang, hingga ahkirnya membawa pemeran lain ke dalam kisahnya. Seorang pria yang terlihat dingin_Max. Keduanya hidup dalam permainan takdir yang sama, membawa keduanya kedalam hubungan yang sangat sulit untuk dipahami. Mengharuskan keduanya menjalani takdir agar mendapatkan ahkir dalam cerita keduanya, namun siapa sangka jika takdir akan kembali mempermainkan keduanya dengan tamparan yang lebih kuat lagi. Membuat semuanya kembali terluka dengan alasan yang sama. Takdir kembali berulah,,, "Mama menjebak aku?" Tanya Bulan dengan raut wajah yang tidak bisa di katakan lembut, raut wajahnya penuh dengan marah. "Sayang dengarkan Mama, Mama akan menjelaskan semuanya." Bujuk wanita paru baya_Vivi yang mencoba memegang tangan menantunya. "Jangan sentuh aku." Teriak Bulan sambil menangkis tangan mertuanya. "Jaga tingkah kamu. Dia Mamaku!" Teriakan pria itu begitu lantang dan hanya di tanggapi senyum kecewa oleh Bulan. "Kamu sama saja Max, aku sangat membenci kalian." Ucap Bulan dengan mata yang memancarkan masih memancarkan kekecewaan, tapi percayalah rasa kecewa yang ia rasakan kini lebih besar dari dari pada rasa amarahnya. . . . . Bulan & Max Selesai Revisi Jumat 13 November 2020
You may also like
Slide 1 of 10
Memories in Moon cover
[ √  ] AMERTA ¦ Ft Huang Renjun cover
Epilog Tanpa Prolog cover
Massa (TAMAT)βœ“ cover
Sebuah Rasa cover
Close Your Eyes (Sehun - Jieun) (End) cover
Insecure [REVISI] cover
DIARY DEPRESIKU cover
Bulan yang memeluk semua luka cover
BULAN (END) cover

Memories in Moon

13 parts Complete

Gadis ini menundukkan kepala membiarkan kucuran air membelai surainya. Hujan terus menggiringku untuk bermimpi, takala ia terus menyusuri tubuhku dari rambut, hingga ujung kaki. Aku hanya diam, air ini sedikit membuat ku tenang. Aku takut, aku gelisah. Aku ingin berteriak memaki keadaan. Memaki diriku. Hujan, akan kah dirimu marah jika ku maki dengan isak ku? Akankah dirimu menerima rasa takut ku? Trauma ku? Semua kegelisahan ku? Rasa tidak percaya ku akan diri ku sendiri? Adakah yang bisa menerimaku? Bulan, jika kau jadi aku, akankah tetap setegar dirimu? Apakah hujan adalah wujud kekecewaan mu pada diri sendiri? Apakah awan yang menutupi mu adalah caramu untuk menghilang? Akankah menghilang adalah wujud lelah mu? Bersembunyi dibalik awan, apakah itu bentuk ketakutan mu seperti aku takut menghadapi kenyataan? Boleh aku jadi dirimu? Jarang di lihat mata, di nanti sebelum purnama namun di sukai saat sempurna. Bulan, pernah kah kau takut akan cacian manusia yang begitu kejam? Bahkan, bintang yang dapat kau gapai bisa saja mencela mu. Rambu dari mereka selalu menusuk nurani. Hilang akal ku, hilang kepercayaan ku. Masih normalkah jika ku bilang ingin menghilang? Masih terimakah kau jika ku bilang mereka harus lenyap?