***
"Ruru!... Mana dot nya Alen!"
"Sabar, bocah!!"
"Huuaaa... Ruru marahin Alen."
"Nangis aja terus.. terus!"
***
"Eh, culun! bagi duit!"
"Alen gak punya uang, uang nya ada di Ruru."
"Gausah banyak alesan, sini!"
"Woy! berani sentuh cowo gue, mati Lo semua!"
***
"Kok empuk?"
"Apanya yang empuk?"
"Dada kamu.."
***
"Kamu cuma punya aku, sayang."
"Alen... Ini bukan kamu, kan?"
"Ini aku, sayang."
***
Galen, seorang remaja 17 tahun, menderita sindrom Peter Pan sejak usia 10 tahun, sebuah kondisi yang membuatnya bertingkah laku seperti anak kecil.
Bukan tanpa sebab-semua bermula dari pengkhianatan ayahnya, yang berselingkuh dengan sahabat ibunya sendiri. Tragedi itu memuncak ketika sang ibu, yang tak mampu menahan rasa sakit, mengakhiri hidupnya di depan mata Galen.
Ibu tirinya, yang tak pernah benar-benar menginginkannya, mencari cara untuk menyingkirkannya.
Solusinya? Menjodohkan Galen dengan Adara, anak dari seorang temannya yang sedang terlilit utang. Sebagai gantinya, utang keluarga Adara akan dilunasi.
Kini, Galen dan Adara dipaksa hidup bersama dan bersekolah di tempat yang sama. Ayah Galen juga berharap Adara bisa mengubah putranya menjadi remaja normal.
Namun, bisakah Adara membantu Galen keluar dari dunia kecilnya yang penuh luka? Atau justru pernikahan ini akan membuka kembali trauma yang belum pernah benar-benar sembuh?
***
DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT!!!
Selamat membaca... Jangan lupa follow 🥰💪
2025'~
IG: @rawithyull
Follow untuk melihat visual😘
****
(SUDAH TERBIT) PESAN DI SHOPEE LOVELYMEDIA.
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!"
Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri, mendengar perkataan itu tak lagi menimbulkan sakit meski sesekali menangis dalam diam.
"Woi cupu! Beresin nih sekalian buang sampahnya. Awas aja lo masih bisa santai disini."
"Orang kayak lo emang pantes dapet temen?"
"Makanya gak usah belagu! Dasar babu!"
Lambat laun perkataan mereka tak lagi berefek pada hatinya, apa ini? Apakah ini yang disebut mati rasa? Ternyata ... setelah mati rasa pun ia tetap merasakan pahit yang sulit dijelaskan.
Mengapa begitu banyak orang yang membencinya?
Apa salahnya?
Di mana letak kekurangannya?
"Urus diri lo sendiri!"
"Dasar manja!"
"Qi, urusan abang bukan cuma kamu. Jangan egois."
Ah, begitu. Ternyata di mata ketiga saudaranya pun ia terlihat manja dan menyusahkan. Bagaimana ini? Hatinya kini sudah pecah berkeping-keping, ia tak lagi merasakan dirinya sendiri.
Harapannya ... sungguh sederhana, semoga kelak Ayah dan ketiga saudaranya dapat kembali menyayanginya. Semoga masa SMA-nya bisa seindah cerita novel yang ia baca.
Semoga keinginan itu dapat ia rasakan sebelum ajal menjemputnya dengan paksa.
....
Warning: violence, harsh word, bullying, suicide, etc. All picture from pinterest.