
Dia hanya ingin belajar. Menjadi mahasiswa teladan, duduk paling depan, mencatat setiap kata dari dosen yang tutur katanya sehalus pisau tajam. Tapi ada sesuatu dalam cara dosen itu menatapnya - seolah sedang menguji hal lain selain kecerdasan. Seolah setiap jawaban benar adalah pintu menuju jebakan yang tak terlihat. Mahasiswi itu jenius, tapi polos. Ia tahu semua teori di buku, tapi tidak paham cara bertahan dari seseorang yang mampu membongkar pikirannya tanpa menyentuhnya sedikit pun. Bimbingan demi bimbingan berubah jadi tarikan halus antara rasa ingin dimengerti dan rasa ingin tunduk. Ia tak sadar sedang ditarik masuk ke permainan yang jauh lebih gelap dari sekadar nilai dan gelar. Karena terkadang, menjadi teacher's pet bukan tentang siapa yang paling pintar - tapi siapa yang paling tidak sadar sedang dimakan hidup-hidup. -- She was brilliant. Innocent. Unaware. And the professor was everything she should've stayed away from. -Jaxuan F 2.0All Rights Reserved