Lone Hero: The Road of No Return

Hujan turun deras, membasahi tanah yang dipenuhi puing-puing rumah yang telah hancur. Udara masih dipenuhi aroma darah dan daging yang terbakar. Jeritan terakhir dari orang-orang yang dahulu menghuni desa itu kini hanya bergema dalam ingatan.

Seorang bocah kecil berdiri di tengah reruntuhan, tubuhnya bergetar. Tangannya kotor oleh debu dan darah, bukan darahnya sendiri-melainkan milik orang-orang yang tak lagi bernafas. Matanya menatap kosong ke arah sosok mengerikan yang berdiri di kejauhan.

Makhluk itu tinggi, lebih besar dari manusia biasa, dengan tubuh hitam pekat dan tanduk panjang yang melengkung ke belakang. Mata merahnya bersinar dalam kegelapan malam, penuh dengan kebencian yang tak terlukiskan.

Bocah itu ingin berteriak, ingin bergerak, ingin melawan. Tapi tubuhnya membeku. Yang bisa ia lakukan hanyalah menyaksikan... menyaksikan saat makhluk-makhluk itu menyeret teman-temannya pergi, termasuk satu sosok yang sangat dikenalnya-Rizky.

Rizky menoleh ke belakang, matanya penuh ketakutan. Dia mengulurkan tangan, seolah meminta tolong.

Namun bocah itu tetap diam.

Dan dalam sekejap, semuanya menghilang.

Sejak malam itu, dunia tak lagi sama baginya.

Waktu berlalu, tapi ingatan itu tetap melekat. Nama bocah itu adalah Tama. Dan sekarang, ia bukan lagi seorang anak kecil yang ketakutan.

Sepuluh tahun telah berlalu sejak malam yang mengubah segalanya. Ia telah berkelana ke berbagai tempat, bertemu banyak orang, dan bertahan hidup di dunia yang kejam ini.

Namun satu hal tetap tidak berubah-ia masih mencari sahabatnya.

Dibekali hanya dengan ingatan samar-samar dan keyakinan yang tak tergoyahkan, Tama menapaki jalannya tanpa ragu. Entah apa yang akan ia temukan di ujung perjalanan ini-jawaban, pengkhianatan, atau bahkan kematian.

Yang pasti, ini adalah jalan tanpa kembali.