
Plak! "Hai, kau ... Dia-" "Diam!" Suara Herman menggelegar di tengah-tengah halaman rumah susun yang pagi ini sedang dikerumuni oleh banyak sekali orang-orang. Tatapan mata laki-laki paruh baya itu terlihat nyalang ke arah seroang gadis yang terdiam mematung dengan kepala masih tertoleh ke samping karena tadi menerima tamparan keras. "Mulai detik ini, kamu sudah bukan anakku lagi, Nadia!" Dia, Nadia Khanza. Gadis yang kepalanya tertoleh tadi langsung menatap tegak ke arah Herman, ayahnya. Sorot mata wanita itu berkaca-kaca dengan raut wajah yang kaget tidak percaya. "Ayah kecewa denganmu, Nadia. sangat-sangat kecewa." Gadis yang pagi ini masih kelihatan berantakan itu langsung menitikkan air matanya. Dia yang dari kecil selalu menjadi kebanggaan, sangat tidak percaya dengan apa yang didengarnya tadi. Hanya karena sebuah kesalahan yang tidak dia sengaja, Nadia yangAll Rights Reserved
1 part