Aku, Michiko, seorang Geisha terkenal, selalu menyadari bahwa dunia hiburan ini dipenuhi godaan para donatur dan intrik mematikan. Persaingan sengit antar sesama Geisha membuatku selalu waspada. Namun, di balik riasan tebal dan senyum yang selalu kupasang, tersimpan kesepian yang mendalam-kesepian yang hanya terobati oleh kehadiran Abi Satya.
Suatu hari, aku bertemu Abi Satya, seorang budak dengan senyum yang menenangkan. Cinta kami, seperti bunga teratai yang mekar di tengah lumpur, tumbuh subur. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara. Tuan Muda, majikan Abi Satya, yang selama ini diam-diam mengagumiku, mengetahui hubungan terlarang kami. Bukan hanya kecantikan, tetapi juga keanggunan dan kecerdasanku menarik perhatiannya. Ia terobsesi padaku, menginginkan aku sepenuhnya.
Suatu sore yang mencekam, ia memerintahkan anak buahnya untuk mencambuk Abi Satya hingga tak berdaya di hadapanku. Jeritanku menggema, membelah kesunyian sore itu. Sementara aku hanya bisa menyaksikan, tanpa tahu harus berbuat apa. Kesepian yang dulu pernah terobati kini kembali mencengkeramku, lebih dalam dan lebih pedih. Aku meratapi kematian Abi Satya, cintaku yang direnggut paksa.
Kini, aku, Michiko, menjadi tawanannya. Namun, aku tidak akan menyerah. Aku mengandalkan kecantikan dan kecerdasanku untuk menjadi senjata. Dalam masa tawanan ini, aku akan mempelajari kebiasaan dan kelemahannya. Merajut rencana, menggunakan setiap kesempatan, untuk membalas dendam, dan mendapatkan keadilan untuk Abi Satya. Ia mungkin telah merebut cintaku, tetapi ia tidak akan pernah merebut jiwaku."
sengatan rasa sakit lutut Cecillia Raven justru yang membuatnya sadar bahwa dirinya belum mati setelah terdengar letusan senjata api itu.
Cecillia tau dirinya harus mati dan dia tidak akan menghidar, tapi yang mengejutkan adalah tubuh besar yang menerjangnya untuk menyelamatkannya kini.
basah kuyup di bawah guyuran hujan dengan luka di pundaknya akibat peluru itu, Dante Paxton--pangeran bajingan--melindunginya.
kenapa?
"dasar bodoh, kenapa kau bisa berada disini?"
"karena aku harus mati, begitu kan?" ucap Cecillia pelan membuat Dante terdiam cukup lama dan hanya menatap mata Cecillia.
"tatap aku Cille dan katakan dari mana kau tau semua itu?"
Cecillia terisak, melepaskan semua perasaannya yang selama ini di pendamnya pada bajingan itu.
"karena aku sudah tidak tahan lagi. aku mencintaimu, setiap malam aku menunggumu pulang, aku berusaha menjadi wanita yang kau inginkan. tapi kau menginginkan Lady Tattianna. apa lagi yang bisa kulakukan saat kau berselingkuh dengannya? aku tidak bisa terus bertahan diistanah megah itu dalam kekosongan. kau yang berselingkuh, aku ingin bercerai karenanya, tapi aku yang harus mati. kenapa? hanya karena aku orang biasa yang tidak punya hak mencoreng nama baik kerajaanmu?" bentak Cecillia membuat mata Dante menggelap karena marah.
tangan besar Dante mencengkeram lengan Cecillia dan memaksa Cecillia untuk menatapnya.
"bukankah kau juga tau soal ini? memangnya apa yang kau pikir terjadi pada bibi Letty mu?" tanya Cecillia sinis membuat Dante memucat.
bibi Letty kesayangannya, mati dalam kecelakaan.
tapi sekarang Dante tidak yakin lagi.
Dante mengguncang bahu Cecillia, "ikut aku dan akan kubunuh siapapun yang berani menyakiti istriku"
"persetan denganmu, bajingan. pergi dari hadapanku" tepis Cecillia dengan berdiri dan berlari menembus malam.
Cecillia tidak takut jika ada seorang penembak jitu yang menantinya, dia hanya takut patah hati pada Dante yang akan membunuhnya.