Story cover for Prameswari  by RainnnRey
Prameswari
  • WpView
    Reads 199
  • WpVote
    Votes 9
  • WpPart
    Parts 6
  • WpView
    Reads 199
  • WpVote
    Votes 9
  • WpPart
    Parts 6
Ongoing, First published Mar 18
Mature
Raden Ajeng Nandira selalu menjadi cinta pertama, cinta sejati, dan yang paling disayang oleh Gusti Pangeran Harya Senopati. Namun, sebesar apa pun rasa sayang seseorang, itu tak pernah menjadi jaminan bahwa sebuah hubungan akan bertahan selamanya. Dalam setiap kisah kehidupan, selalu ada batu sandungan. Begitu pula dengan kisah dua insan ini.

Akankah Raden Ajeng Nandira memilih cintanya?
Atau karier yang selama ini ia bangun dengan penuh perjuangan?
Apakah benar, karier selalu menjadi alasan bagi sepasang kekasih untuk mengakhiri hubungan?


-

"Mas... kamu udah janji sama aku, kalau kita bakal lewatin ini bareng. Tapi kenyataannya?" ucap Nandira di sela napasnya yang bergetar.

Pria di hadapannya hanya bisa menunduk. Pasrah. Menerima setiap kata yang keluar dari mulut wanita yang ia cintai.

"Maaf... Dira...."

Gadis itu tak berhenti menghapus air mata yang mengalir pelan di pipinya.
"Setelah semua yang kita lewati, setelah aku korbankan karierku... Sekarang? Kamu mau ninggalin aku?" suaranya meninggi, penuh amarah dan kecewa.

"Bajingan kamu!"

Plak!
Tepat setelah kata itu terlontar, tangan halusnya mendarat di pipi pria itu.

Pria itu menggenggam tangan halus Kirana,  lalu mengecupnya sekilas, "mas nggak punya pilihan dira...."

Nandira lantas menarik kasar tangannya, ia kembali mendongak, dan menatap tajam Seno

"Oke... oke. Kalau itu memang maumu, aku akan pergi dari hidupmu. Nikahilah perempuan pilihan keluargamu itu. Biar aku yang menanggung semua ini... sendiri."




--- 

Begitulah akhir dari kisah mereka.

Namun, bukankah Tuhan selalu punya cara yang misterius?
Jika dua manusia yang pernah saling mencintai benar-benar telah selesai dengan masa lalu mereka, maka mereka tak akan pernah dipertemukan lagi-dalam bentuk apa pun.
Tapi jika takdir kembali mempertemukan mereka, berarti ada yang belum selesai.
Dan sesuatu yang belum selesai... harus diselesaikan.
All Rights Reserved
Sign up to add Prameswari to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Masa Itu ✔ (Tamat di Karyakarsa)  by AnisWiji
9 parts Complete
"Nggak ada perempuan yang baik yang mau sama pasangan orang!" Teriak Keira menatap sengit ke arah Bagas. "Kei!" Teriak Bagas membalas teriakan Keira. Disini Bagas yang salah, bukan perempuan kecil yang tengah ia gandeng bahkan perempuan kecil itu sekarang ketakutan bersembunyi di belakang tubuh Bagas. "Apa karena pernikahan kita berawal dari perjodohan kamu bisa seenak jidatnya membawa dia pulang?" Tangan Bagas yang bebesa memijat keningnya, ia tahu jika masa lalunya akan terkuak juga. Bagas disini bukan tidak menghargai Keira tapi ia tidak tahu hal apa yang harus ia lakukan. "Pelankan suara kamu Kei. Dia tidak bersalah." Pinta Bagas dengan nada sedikit mengiba. "Lantas kenapa dia ada disini? Kemana jal*ng kamu itu?" Keira sadar saat ia menikahi Bagas, Bagas memang masih memiliki kekasih. Tapi tidak harus membawa ekornya ke dalam pernikahan yang baru menginjak usia empat tahun ini, bukan? "Keira, stop bicara kasar. Lebih baik kamu masuk kamar. Aku mau mengantar Lala ke kamarnya." Putus Bagas dengan melangkah masuk ke dalam kamar yang dulunya ditempati tamu. "Kamu memang kelewatan Mas. Aku sadar jika aku belum bisa memberikan kamu anak, tapi jangan pakai cara seperti ini." Selesai mengatakan itu Keira bergegas ke kamar utama, ia membanting pintu sekerasnya. Langkahnya menyapu ruangan yang banyak memberi kenangan manis dengan Bagas, kedua tangannya mengambil koper dan menyiapkan beberapa barang yang akan ia bawa pulang. Harga dirinya sangat tinggi, jadi saat Bagas membawa anak itu kesini maka dirinyalah yang harus pergi. "Apa-apaan kamu, Kei." Bagas yang selesai menidurkan Lala sontak terperanjat dengan keadaan kamar tidurnya yang sudah seperti kapal pecah. Jangan tanyakan apa yang dilakukan Keira. Melangkah keluar, ia mengusap sisa air matanya. "Aku mau pergi dari sini, dan kamar ini seperti ini sama seperti hatiku."
You may also like
Slide 1 of 8
Masa Itu ✔ (Tamat di Karyakarsa)  cover
aku atau dia? || Fenly Un1ty || cover
Janji Setia Berbalut Tradisi (GreSean) cover
Suamiku Amnesia (REPOST) cover
Aldreyan (Slow Update)  cover
Labyrinth of Destiny (Gitshan) cover
Caramel Latte (FreFlo) ✓ cover
Written Into Reality cover

Masa Itu ✔ (Tamat di Karyakarsa)

9 parts Complete

"Nggak ada perempuan yang baik yang mau sama pasangan orang!" Teriak Keira menatap sengit ke arah Bagas. "Kei!" Teriak Bagas membalas teriakan Keira. Disini Bagas yang salah, bukan perempuan kecil yang tengah ia gandeng bahkan perempuan kecil itu sekarang ketakutan bersembunyi di belakang tubuh Bagas. "Apa karena pernikahan kita berawal dari perjodohan kamu bisa seenak jidatnya membawa dia pulang?" Tangan Bagas yang bebesa memijat keningnya, ia tahu jika masa lalunya akan terkuak juga. Bagas disini bukan tidak menghargai Keira tapi ia tidak tahu hal apa yang harus ia lakukan. "Pelankan suara kamu Kei. Dia tidak bersalah." Pinta Bagas dengan nada sedikit mengiba. "Lantas kenapa dia ada disini? Kemana jal*ng kamu itu?" Keira sadar saat ia menikahi Bagas, Bagas memang masih memiliki kekasih. Tapi tidak harus membawa ekornya ke dalam pernikahan yang baru menginjak usia empat tahun ini, bukan? "Keira, stop bicara kasar. Lebih baik kamu masuk kamar. Aku mau mengantar Lala ke kamarnya." Putus Bagas dengan melangkah masuk ke dalam kamar yang dulunya ditempati tamu. "Kamu memang kelewatan Mas. Aku sadar jika aku belum bisa memberikan kamu anak, tapi jangan pakai cara seperti ini." Selesai mengatakan itu Keira bergegas ke kamar utama, ia membanting pintu sekerasnya. Langkahnya menyapu ruangan yang banyak memberi kenangan manis dengan Bagas, kedua tangannya mengambil koper dan menyiapkan beberapa barang yang akan ia bawa pulang. Harga dirinya sangat tinggi, jadi saat Bagas membawa anak itu kesini maka dirinyalah yang harus pergi. "Apa-apaan kamu, Kei." Bagas yang selesai menidurkan Lala sontak terperanjat dengan keadaan kamar tidurnya yang sudah seperti kapal pecah. Jangan tanyakan apa yang dilakukan Keira. Melangkah keluar, ia mengusap sisa air matanya. "Aku mau pergi dari sini, dan kamar ini seperti ini sama seperti hatiku."