Three Souls: Chasing the Horizon (3 Seri)
Engfa Waraha Bruschweiler, anak kedua dari tiga bersaudara, seorang pebisnis ambisius, terjebak dalam krisis keuangan besar. Saat perusahaannya nyaris bangkrut, ia mengambil keputusan paling pahit: menceraikan istrinya, Charlotte Austin, wanita tercantik dan paling terpandang di negeri itu. Alasannya sederhana namun bodoh: ia tidak ingin Charlotte ikut terperangkap dalam kehidupan miskin bersamanya.
Charlotte menerima perceraian itu tanpa satu pertanyaan apapun, tetap dengan tatapan misterius yang tidak tersentuh, membuat Engfa semakin merasa bersalah namun juga bingung. Namun, yang tidak Engfa sadari, langkahnya justru membuka pintu bagi kekacauan. Setelah perceraian, Charlotte langsung menjadi pusat perhatian kota: para miliarder, bangsawan, hingga selebritas papan atas berbondong-bondong ingin meminangnya. Tiba-tiba, wanita yang dulunya hanya "istri seorang pengusaha" kini menjelma menjadi hadiah paling berharga dalam "kompetisi" para orang kaya. Masing-masing membawa cara absurd untuk merebut hatinya, ada yang mengirimkan buket bunga sebesar mobil, ada yang bernyanyi di bawah jendela, dan ditangkap satpam, hingga ada yang nekat membeli papan reklame besar dengan foto Charlotte.
Ironisnya, di tengah semua itu, Engfa justru mulai ikut mengantri sebagai salah satu "pelamar" Charlotte. Bedanya, ia tidak bisa sekadar menebar harta atau puisi gombal. Charlotte sudah mengenalnya luar dalam, termasuk kelemahannya. Justru di sanalah komedinya muncul: setiap kali Engfa mencoba melamar kembali, Charlotte dengan wajah datarnya bisa mematahkan usahanya hanya dengan satu kalimat dingin yang menusuk.
Semua orang menunggu siapa yang akan memenangkan hati Charlotte. Namun semakin lama, semakin jelas bahwa Charlotte mungkin hanya menunggu satu orang, dan satu-satunya orang itu malah sibuk bersaing dengan "ratusan" pelamar lain.