Langit malam selalu menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Cahaya bintang yang kita lihat hari ini bukanlah milik masa kini, melainkan pantulan dari masa lalu, sebuah sisa dari sesuatu yang mungkin telah lama tiada. Begitu pula dengan sejarah umat manusia-jejak-jejaknya tersebar dalam bentuk reruntuhan, dokumen, bahkan bisikan yang tersamar di balik fakta-fakta yang kita terima sebagai kebenaran.
Wirnama, seorang jurnalis investigatif yang skeptis terhadap teori konspirasi, mendapati dirinya terseret dalam misteri yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan. Kakaknya, Avira, seorang ilmuwan astrofisika, menghilang secara misterius setelah mengungkap teori bahwa bukan hanya cahaya bintang yang berasal dari masa lalu, tetapi ada entitas yang telah lama punah yang masih meninggalkan jejak mereka di dunia ini-bukan dalam bentuk artefak, tetapi dalam wujud sesuatu yang lebih abstrak: pesan, suara, bahkan pemikiran yang masih beresonansi di dunia modern.
Ditemani sahabatnya, Holy, seorang pakar kriptografi yang ahli dalam membaca sandi sejarah, dan kekasihnya, Seraphine, seorang seniman yang memiliki kemampuan tak biasa dalam merasakan "gema" dari seni, Wirnama harus menelusuri berbagai petunjuk yang ditinggalkan Avira sebelum menghilang. Semakin dalam mereka menggali, semakin banyak konspirasi yang terungkap-dari kejanggalan dalam catatan sejarah hingga kemungkinan bahwa dunia yang mereka kenal bukanlah kenyataan yang sesungguhnya.
Saat teka-teki mulai menyatu, satu pertanyaan terus menghantui mereka: Jika masa lalu benar-benar masih hidup dalam bentuk yang tak kasatmata, lalu seberapa besar pengaruhnya terhadap masa kini? Dan lebih dari itu-apakah kita benar-benar melihat bintang, atau hanya refleksi dari sesuatu yang telah hilang?
Di sebuah laboratorium kecil yang nyaris terlupakan, seorang ilmuwan eksentrik bernama Alvan Lorentz berhasil menghentikan waktu-meski hanya untuk beberapa detik. Namun eksperimen itu bukan awal dari penemuan, melainkan permulaan dari kehancuran yang sudah menunggu di ambang dunia.
Saat jam dinding yang mati sejak hilangnya sang adik, Nia, tiba-tiba berdetak mundur, Alvan terseret ke dalam pusaran anomali temporal yang mengaburkan batas antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bersama Toma, sahabat yang setia meski sinis, dan Rena-seorang fisikawan brilian yang awalnya skeptis namun akhirnya terlibat semakin dalam-Alvan menemukan bahwa setiap lonjakan osilatornya membuka celah pada realitas itu sendiri.
Namun waktu bukanlah alat yang bisa dikendalikan. Dalam bayang-bayang organisasi rahasia bernama Kronos, yang menyimpan masa lalu Alvan dan mengincar masa depan umat manusia, mereka hanya punya satu tujuan: menyelamatkan Nia-dan dunia-sebelum titik divergensi mencapai kritis.
Saat pesan dari masa depan muncul, memberi peringatan: "Kalian hanya punya 144 jam.", satu hal menjadi jelas-waktu bukan sekutu mereka. Ia adalah medan perang.