Story cover for Pertemuan yang tak disengaja  by ayesatalia
Pertemuan yang tak disengaja
  • WpView
    Reads 9
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 3
  • WpView
    Reads 9
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 3
Ongoing, First published Mar 25
Semuanya bermula dari sebuah pertemuan sederhana di warung dekat rumah. Ayyara, yang hanya berniat membeli garam, tanpa sengaja bertemu Arya Baskara, tetangganya. Percakapan singkat yang awalnya biasa saja berubah menjadi awal dari sesuatu yang lebih berarti.

Setelah pertemuan itu, hubungan mereka semakin dekat lewat percakapan di media sosial. Awalnya hanya sekadar candaan dan membahas hal-hal sepele, tetapi tanpa sadar, kebiasaan itu menjadi bagian dari keseharian mereka.

Puncaknya terjadi pada malam sholawatan di balai desa. Ayyara, yang menjadi panitia, dan Arya, yang tampil bersama grup hadrohnya, akhirnya bertemu langsung. Kejadian kecil seperti menitipkan tas, ledekan dari teman-teman, hingga pulang bersama di tengah malam, menjadi momen yang tanpa disadari mendekatkan mereka lebih dari sekadar teman biasa.

Namun, di balik semua interaksi itu, ada pertanyaan yang menggantung di benak Ayyara. Apakah semua ini hanya sekadar kebetulan, ataukah ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan?

Sebuah kisah sederhana tentang bagaimana hal-hal kecil bisa membawa seseorang pada sesuatu yang tak terduga.
All Rights Reserved
Sign up to add Pertemuan yang tak disengaja to your library and receive updates
or
#58cintatakdirestui
Content Guidelines
You may also like
74/366 by lthfyyhm16
5 parts Ongoing
Arifah, seorang siswi yang ceria, mendapati hatinya berdebar tak menentu setiap kali tatapannya tak sengaja bertemu dengan seorang adik kelas yang menyimpan aura misterius. Pertemuan singkat di lorong sekolah menjadi momen-momen kecil yang membekas, di mana senyum simpul dan lirikan mata menjadi bahasa rahasia yang hanya mereka berdua pahami. Di balik kesibukan masing-masing, sesekali notifikasi pesan singkat hadir sebagai jembatan kecil yang menghubungkan dunia mereka. Awalnya, bagi Arifah, interaksi yang terbatas ini sudah cukup untuk menghadirkan kehangatan di tengah hari-harinya. Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan yang awalnya samar mulai bertransformasi menjadi harapan yang lebih mendalam. Ia mulai membayangkan percakapan yang lebih panjang dari sekadar sapaan singkat, sebuah kedekatan yang nyata di luar batas layar ponsel. Impian tentang berbagi tawa dan cerita dalam dunia nyata mulai memenuhi benaknya. Namun, tanpa sepengetahuan Arifah, sang adik kelas ternyata masih dibayangi oleh kenangan masa lalu yang belum sepenuhnya terlepas. Jejak-jejak kisah lama itu perlahan mulai menciptakan jarak tak kasat mata di antara mereka, mewarnai setiap tatapan dan pesan singkat dengan keraguan. Kini, Arifah dilanda kebimbangan yang mendalam. Haruskah ia terus melangkah dalam hubungan tanpa status ini, menikmati setiap interaksi kecil namun dihantui ketidakpastian masa depan? Atau justru lebih baik ia menarik diri sekarang, sebelum perasaannya semakin dalam dan ia terpaksa menghadapi risiko terluka oleh bayang-bayang masa lalu yang masih menghantui hati adik kelas itu? Ketakutan akan patah hati membayangi setiap senyum dan pesan singkat yang ia terima, memaksa Arifah untuk mempertimbangkan pilihan yang paling aman bagi perasaannya di tengah dinamika cinta masa SMA.
You may also like
Slide 1 of 7
74/366 cover
Fragmen Yang Tersisa, Bel Terakhir cover
Perhatian Yang Menumbuhkan Cinta  cover
KITA BERBEDA (antara Aku, Kamu, dan Tuhan) cover
Waktu?  cover
Milk Loving Baby [FreSha] cover
Datang & Pergi cover

74/366

5 parts Ongoing

Arifah, seorang siswi yang ceria, mendapati hatinya berdebar tak menentu setiap kali tatapannya tak sengaja bertemu dengan seorang adik kelas yang menyimpan aura misterius. Pertemuan singkat di lorong sekolah menjadi momen-momen kecil yang membekas, di mana senyum simpul dan lirikan mata menjadi bahasa rahasia yang hanya mereka berdua pahami. Di balik kesibukan masing-masing, sesekali notifikasi pesan singkat hadir sebagai jembatan kecil yang menghubungkan dunia mereka. Awalnya, bagi Arifah, interaksi yang terbatas ini sudah cukup untuk menghadirkan kehangatan di tengah hari-harinya. Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan yang awalnya samar mulai bertransformasi menjadi harapan yang lebih mendalam. Ia mulai membayangkan percakapan yang lebih panjang dari sekadar sapaan singkat, sebuah kedekatan yang nyata di luar batas layar ponsel. Impian tentang berbagi tawa dan cerita dalam dunia nyata mulai memenuhi benaknya. Namun, tanpa sepengetahuan Arifah, sang adik kelas ternyata masih dibayangi oleh kenangan masa lalu yang belum sepenuhnya terlepas. Jejak-jejak kisah lama itu perlahan mulai menciptakan jarak tak kasat mata di antara mereka, mewarnai setiap tatapan dan pesan singkat dengan keraguan. Kini, Arifah dilanda kebimbangan yang mendalam. Haruskah ia terus melangkah dalam hubungan tanpa status ini, menikmati setiap interaksi kecil namun dihantui ketidakpastian masa depan? Atau justru lebih baik ia menarik diri sekarang, sebelum perasaannya semakin dalam dan ia terpaksa menghadapi risiko terluka oleh bayang-bayang masa lalu yang masih menghantui hati adik kelas itu? Ketakutan akan patah hati membayangi setiap senyum dan pesan singkat yang ia terima, memaksa Arifah untuk mempertimbangkan pilihan yang paling aman bagi perasaannya di tengah dinamika cinta masa SMA.