Xia Zhiguang telah hidup lebih lama dari yang bisa diingatnya. Malam adalah rumahnya, kegelapan adalah selimutnya, dan kesunyian adalah satu-satunya teman yang setia. Di kota perbatasan yang dilupakan waktu, ia berjalan tanpa tujuan, haus akan darah yang telah menjadi kutukannya. Namun, pada suatu malam yang dingin, di bawah cahaya bulan yang redup, ia menemukan sesuatu yang lebih berbahaya dari rasa hausnya-tatapan seorang manusia yang tak seharusnya menatapnya dengan begitu dalam.
Huang Junjie tidak seperti manusia lainnya. Tidak ada ketakutan di matanya, hanya ketertarikan yang membakar seperti api kecil di tengah kabut malam. Dia bukan sekadar pemuda biasa-dia seorang pencari, seseorang yang haus akan rahasia dunia yang tersembunyi. Dan kini, ia berdiri di hadapan Zhiguang, seolah telah menemukan teka-teki terbesar dalam hidupnya.
Zhiguang seharusnya pergi. Seharusnya berpaling sebelum perasaan ini mengakar, sebelum keinginan yang lebih berbahaya daripada rasa hausnya menguasai dirinya. Namun, semakin ia mencoba menjauh, semakin Junjie menariknya ke dalam dunia yang seharusnya ia tinggalkan.
Namun, cinta antara makhluk malam dan manusia tidak pernah berakhir tanpa pengorbanan. Ada harga yang harus dibayar, ada batas yang tak boleh dilewati. Dan saat bahaya mulai mengintai dari bayang-bayang, Zhiguang harus memilih-menyelamatkan Junjie dengan melepaskannya, atau menyeretnya ke dalam kegelapan yang tak berujung.
Karena bagi mereka yang hidup di antara malam dan keabadian, cinta bukanlah anugerah. Itu adalah takdir yang kejam.
.
.
GUANGJIE, FANTASI, TRAGEDI,
Dalam gelapnya malam, bayangan-bayangan merayap dengan lembut, seolah bisikan dari nagarai kegelapan yang tak terbayangkan. Setiap desiran angin membawa aroma ketakutan, dan suara gemerisik dedaunan menjadi lagu pengantar bagi para makhluk yang merangkak keluar dari persembunyian mereka.
Malam itu seperti selimut hitam yang menutupi dunia, menahan napasnya di tepi kegelapan. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki dipenuhi dengan rahasia yang terpendam. Teror menyelimuti udara, menyusup ke dalam jiwa, dan membuat setiap detik terasa seabad lamanya.
Dari sudut-sudut yang tidak terlihat, makhluk-makhluk itu muncul, dengan mata yang bersinar seperti bara api, siap menguji ketahanan hati yang terketuk oleh rasa takut. Mereka adalah pengingat bahwa dalam setiap kegelapan, ada sesuatu yang menunggu untuk melawan cahaya, dan dalam setiap malam yang mencekam, teror adalah raja yang berkuasa.
Huang Junjie
Xia Zhiguang
Guangjie
Misteri, Hororr, Dark Fantasy