Tristesse

Lara adalah kesedihan.

Ia memikul banyak luka dalam hidupnya, hingga Lara terkadang tidak mengerti rasanya bahagia. Hidupnya hampa, kosong, dan tak bermakna.

Keluarga yang seharusnya menjadi sumber bahagia, nyatanya adalah luka terbesar yang menyebabkan trauma dalam hidupnya. Lara takut menjalin hubungan dengan orang lain, karena ia takut akan salah bersikap dan malah membuat banyak orang tersakiti.

Daripada ia menyakiti orang lain, lebih baik Lara tidak pernah mengenal mereka. Tidak apa, kesendirian cocok untuk Lara yang tidak memiliki hak menarik untuk dilakukan bersama.

Hidup Lara hanya berporos pada dirinya sendiri. Karena ia tak lagi percaya pada cinta, persahabatan, atau hal-hal seperti itu yang Lara sendiri tidak tahu artinya.

Tapi hidupnya berubah karena seikat balon yang dibelikan Bunda. Dimana Lara bertemu dengan lelaki yang mengajarkannya tentang cinta, sahabat, dan keluarga. Lara mengerti apa itu bahagia, dan Lara jadi lebih mengenal dirinya sendiri sejak ia bertemu dengan lelaki itu.

Lelaki yang menjadi cinta pertamanya, lelaki yang menjadi kebahagiaan pertamanya, lelaki yang menjadi segala-galanya dalam sejarah kehidupan Lara.

Lelaki itu tak akan pernah bisa Lara lupakan, meski takdir memaksa mereka berpisah. Lara akan mencarinya dan mereka akan bersama kembali! Lara tidak akan kehilangan kebahagiaannya lagi. Sejauh apapun lelaki itu pergi, akan Lara dapatkan lagi.

Kisah ini menceritakan tentang Lara yang baru bertemu dengan kebahagiaannya, namun kembali terpisahkan hingga tersisa kenangan.