19 parts Complete MatureDi tengah gejolak Perang Dunia II, Pesantren Al-Hikmah menjadi saksi bisu perjuangan sekelompok santri yang berjuang mempertahankan tempat suci mereka dari ancaman penjajahan Jepang. Budi, seorang santri muda yang bersemangat namun mudah marah, bersama dengan sahabat-sahabatnya, Iya, dan Agus, berusaha menjaga keutuhan pesantren saat berita tentang gerakan pasukan Jepang mulai merebak.
Konflik semakin memanas saat Jenderal Imamura, pemimpin pasukan Jepang, bertekad untuk mengubah pesantren menjadi markas pusat pasukan mereka. Ketegangan meningkat saat serangan awal terjadi, mengakibatkan kehilangan besar, termasuk kematian Iya, kekasih Budi, yang mengguncang semangatnya.
Namun, setelah melewati duka dan kehilangan, Budi bangkit dari keterpurukan, memimpin teman-temannya merencanakan strategi bertahan. Dengan dukungan Kyai Rais, mereka menerapkan taktik "empat mata angin" untuk melawan pasukan Jepang dalam pertempuran besar yang menentukan.
Pertempuran sengit mengguncang pesantren, mengakibatkan banyak korban, tetapi juga memunculkan momen puncak ketika Budi menghadapi Jenderal Imamura secara langsung. Setelah perjuangan berat, santri berhasil merebut kembali pesantren mereka, tetapi dengan banyak kehilangan yang menyakitkan.
Meskipun masa lalu dipenuhi dengan duka, Budi dan santri lainnya bertekad untuk membangun kembali Pesantren Al-Hikmah. Dalam proses rekonstruksi, mereka menemukan kekuatan dalam persatuan dengan masyarakat desa. Festival dirayakan untuk merayakan harapan dan kebangkitan, menguatkan ikatan antara santri dan warga.
Akhirnya, Budi merenungkan perjalanan yang telah dilalui, berkomitmen untuk meneruskan nilai-nilai yang diajarkan dan menjaga pesantren sebagai tempat harapan dan pendidikan. Dengan semangat baru dan harapan yang menyala, mereka siap menghadapi masa depan, menjaga Pesantren Al-Hikmah sebagai simbol ketahanan dan cinta dalam komunitas yang telah terjalin.