Dalam dunia yang diliputi bayang-bayang kelam, Hiroshi Iwasaki adalah sosok ahli bela diri. Terlahir dari ayah Jepang, Raito Iwasaki-seorang pengusaha ekspor-impor yang terlibat dalam dunia kriminal-dan ibu
Tionghoa, Qiao Hui, Hiroshi menghabiskan enam tahun pertamanya di Jepang sebelum pindah ke Tiongkok. Di usia enam tahun, sebuah insiden tragis terjadi: Hiroshi menabrakkan dirinya ke mobil, menyebabkan amnesia yang menghapus sebagian besar ingatannya, termasuk kenangan tentang kakak pertamanya, Akira.
Setelah delapan tahun di Tiongkok, Hiroshi pindah ke Amerika Serikat pada usia empat belas tahun. Namun, hanya setahun kemudian, ia dipulangkan ke Beijing setelah terlibat dalam pembunuhan orang tuanya. Diagnosa medis mengungkapkan bahwa
Hiroshi menderita gangguan mental.
Selama masa perawatan di Rumah Sakit Jiwa Jiayuan, Hiroshi mulai mengingat kembali masa lalunya yang terlupakan. la menyadari bahwa Akira, kakak pertamanya, telah meninggal dalam aksi bom bunuh diri untuk membunuh musuh ayah mereka di dunia kriminal. Kenzo, kakak keduanya, juga telah meninggal dalam kecelakaan lalu lintas setelah bertengkar dengan orang tua mereka mengenai kehamilan pacarnya.
Setelah enam tahun tahun di rumah sakit jiwa, Hiroshi dibebaskan pada usia dua puluh satu tahun. Ia memulai perjalanan untuk mengungkap kebenaran tentang dunia gelap yang diwariskan ayahnya. Penyelidikannya membawanya ke dalam jaringan gangster Tiongkok dan Jepang, serta klan pembunuh bayaran pemerintah Jepang, Nagayama, yang ternyata memiliki hubungan darah dengannya.
Ada sebuah rumah kecil yang berdiri dengan jendela penuh cahaya, tapi di dalamnya tersimpan kisah yang jauh dari kata sempurna.
Di sana, seorang kakak bernama Arumi menjadi langit untuk empat adik laki-lakinya: Dion yang selalu mencoba jadi penopang, Haris yang berapi-api tapi diam-diam rapuh, Jewa yang menyembunyikan luka di balik senyum, dan Awan, si bungsu yang tumbuh terlalu cepat.
Mereka bukan keluarga sempurna. Dunia menaruh mereka di persimpangan yang gelap, memaksa mereka berjalan dengan kaki telanjang, sambil menertawakan pahitnya hidup agar tidak hancur oleh kenyataan.
Namun di balik tawa sarkas dan candaan receh, ada cinta yang diam-diam mereka jaga. Cinta yang membuat mereka bertahan, bahkan saat satu per satu kehilangan mulai merenggut kebahagiaan yang tersisa.
"A Letter to My Sister" bukan sekadar kisah keluarga. Ini adalah cerita tentang cinta yang dipaksa tumbuh di tanah retak, tentang pengorbanan yang tidak selalu mendapat balasan, dan tentang kehilangan yang diam-diam menunggu di ujung jalan.
Mungkin, di kehidupan lain, mereka bisa kembali duduk satu meja-lengkap, utuh, dan tanpa air mata.