Dalam kebanyakan novel transmigrasi, seseorang akan bangun dan menyadari bahwa dirinya sekarang berada di dalam tubuh tokoh tragis-biasanya si antagonis kejam yang ditendang keluar plot, atau si figuran yang mati demi kemajuan alur.
Tapi tidak kali ini.
Dia justru masuk ke tubuh protagonis utama. Iya, si tokoh utama. Mia Vidalia.
Gadis baik hati, lemah lembut, polos, dan... CENGENG. Sangat cengeng. Baru disentil masalah sedikit, air matanya sudah jatuh seakan dunia akan runtuh besok pagi.
Dan sekarang, dia yang dulunya hidup tenang di dunia nyata-harus hidup sebagai si tokoh utama menye-menye ini?
SIAL.
Memang, Mia Vidalia memiliki barisan male lead yang siap melindunginya dan menyayanginya. Tapi, siapa peduli? Dia tidak suka karakter ini. Tidak suka cara jalannya, cara bicaranya, apalagi kebiasaannya menangis dalam setiap babak!
Jadi, haruskah dia mengikuti alur cerita dan tetap berakting sebagai si protagonis lemah yang semua orang kasihanin itu?
Tidak.
Persetan dengan plot. Bahkan nama judul novelnya saja dia tidak ingat.
Mulai sekarang, dia akan menjadi Mia Vidalia versi dirinya sendiri-tanpa air mata, tanpa drama lebay, dan tentu saja, tanpa memohon-mohon pada male lead mana pun.
Lalu, bagaimana reaksi para karakter lain ketika si protagonis tiba-tiba berubah menjadi gadis dingin, tajam, dan tidak peduli?
Tentu saja... kekacauan akan segera dimulai.
____________________________________________
Bukan first time menulis, tapi baru ini yang aku post ceritanya, harap maklum gk terlalu bakat nulis soalnya. Cuman cerita gabut yang sering lewat imajinasi ~
Kehidupanku biasa saja. Membosankan dan menyebalkan. Entah mengapa ibu-ibu kaum nyinyir melabeliku sebagai orang bermasalah. "Oke, aku kuat." Itulah yang berkali-kali aku tanamkan dalam benak. Kuat. Kesehatanku memburuk akibat kebiasaan hidup tidak sehat; begadang, telat makan, makan makanan rendah gizi, dan tambahan beban pikiran. Begitulah akhir kisahku, salah satu korban kerasnya kehidupan, berakhir.
Sayangnya aku salah! SALAH BESAR.
Aku justru terlempar ke dalam novel ciptaan temanku sebagai Laura. Aku tidak keberatan menjalani hidup kedua. Namun, beda cerita bila aku adalah si antagonis yang bahkan tidak memiliki aset bernilai jutaan. Izinkan aku hidup mewah! Mewah!
Oke, lupakan mengenai hidup sebagai nona besar. Masa bodoh dengan plot, mengubah cerita, merayu tokoh utama, dan bersikap baik kepada Sarah, si FL. Berhubung aku menempati Laura ketika dia masih SMA, maka lebih baik aku mempersiapkan hidup di masa depan semapan mungkin. Dengan kata lain: Sayonara, wahai para tokoh mulai dari kelas kroco sampai kakap. Aku akan hidup mandiri dan silakan saling bunuh memperebutkan Sarah. Aku tidak peduli!
Akan tetapi, semua karakter sepertinya ingin mengganggu rencana hidup mandiriku. Mulai dari FL yang ngotot ingin menolongku, ML justru menawariku aset senilai jutaan, bahkan Villain pun mulai berubah haluan mencari cinta. Pasti ada yang salah dengan mereka semua. Mereka aneh! ANEH.
Oh tolong, tolong izinkan aku hidup damai. Oke?