Di kota yang tak lagi mengenal siang dan malam, Oline Manuel kembali dari pelariannya yang panjang-bukan karena ia ingin, tetapi karena sesuatu dari masa silam memanggilnya. Sebuah surat tanpa alamat pengirim, berisi hanya selembar potret usang: dirinya... bersama Hilary Abigail.
Hilary. Nama itu seharusnya sudah mati bersama kobaran api dan raungan sirene bertahun-tahun silam. Tetapi mengapa bayangannya masih hangat, bahkan semakin mendekap? Hilary bukan sekadar sosok yang pernah dicintai-ia adalah cermin yang memantulkan sisi gelap dalam diri Oline, sisi yang telah ia kunci rapat dalam mimpi buruknya yang paling dalam.
Namun kini, satu demi satu, mereka yang pernah bersinggungan dengan masa lalu Oline mulai menghilang. Tanpa jejak. Tanpa suara. Seperti kabut di pagi buta yang lenyap perlahan.
Dan di antara lembar-lembar catatan usang dan kota yang semakin sepi, Oline mulai mengerti: bahwa ada cinta yang tak bisa mati. Ada obsesi yang sabar menunggu, seperti ular di bawah rumput ilalang. Dan mungkin, hanya mungkin... dirinya sendiri bukanlah korban-melainkan bagian dari permainan indah yang dirancang dengan cermat oleh tangan yang tak asing baginya.
Ini bukan cerita tentang siapa yang salah. Ini adalah kisah tentang siapa yang lebih kuat untuk tetap waras di antara dua jiwa yang saling menggenggam dalam kegelapan.