Story cover for Beban yang Tak Terucap  by meiz_yuziie
Beban yang Tak Terucap
  • WpView
    Reads 1
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 1
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 1
Complete, First published Apr 18
"beban yang tak terucap" adalah novel yang mengisahkan perjalanan Nadia, seorang gadis remaja berusia 14 tahun yang terjebak dalam keluarga yang keras dan penuh konflik. Merasa tidak didengar dan terasing, Nadia berjuang untuk menemukan suaranya di tengah masalah ekonomi dan pertengkaran orang tuanya. Ketika kekerasan fisik dan emosional memuncak, Nadia mengalami tragedi yang mengubah segalanya. Melalui kisah yang menyentuh ini, novel ini mengeksplorasi tema kesedihan, kehilangan, dan pentingnya komunikasi dalam hubungan keluarga, meninggalkan pembaca dengan refleksi mendalam tentang arti mendengarkan dan memahami satu sama lain.
All Rights Reserved
Sign up to add Beban yang Tak Terucap to your library and receive updates
or
#885sadending
Content Guidelines
You may also like
Patah di titik terendah by febrymayangsari
20 parts Ongoing
Aira Anindita adalah gadis biasa yang hidup dalam ketenangan kecil bersama ayah dan ibunya. Ia tumbuh dalam rumah sederhana yang penuh kasih, di mana ayahnya adalah pelindung yang tak tergantikan. Namun semua berubah ketika ayahnya meninggal secara mendadak karena serangan jantung. Dunia Aira seketika kehilangan arah. Ibu yang dulu hangat, kini seperti bayangan hidup yang tenggelam dalam duka. Rumah mereka menjadi sepi dan dingin, tak lagi nyaman untuk pulang. Di tengah kehancuran emosinya, Aira bertemu Revan - pria asing berwajah dingin dengan masa lalu yang kelam. Revan bukan tipe laki-laki yang seharusnya ditemui gadis baik-baik: ia keras kepala, emosional, dan membawa luka dalam yang belum sembuh. Tapi entah bagaimana, Aira merasa tertarik. Revan menawarkan pelarian, kebebasan, dan ruang untuk Aira menjadi seseorang yang bukan dirinya karena menjadi dirinya sendiri terlalu sakit. Yang Aira tidak sadari, cinta yang tampak seperti pelarian justru perlahan berubah menjadi jebakan. Revan bukan hanya berandalan, ia juga manipulatif dan beracun. Ia mencintai dengan cara yang menyakiti. Kata-katanya menusuk. Tindakannya mencederai hati. Namun seperti banyak perempuan yang terluka, Aira bertahan karena ia mengira itu cinta. Hingga akhirnya, saat Aira dipaksa kehilangan segalanya: kepercayaan diri, harga diri, bahkan mimpinya, ia menyadari satu hal paling penting dalam hidup bahwa tak seorang pun akan menyelamatkan dirinya kecuali dirinya sendiri. Patah di Titik Terendah bukan hanya kisah cinta yang gelap dan menyakitkan, tapi juga kisah kebangkitan seorang perempuan muda. Tentang bagaimana luka yang dalam bisa jadi kekuatan, dan tentang bagaimana kita harus rela melepaskan orang yang kita kira cinta, demi menyelamatkan diri dari kehancuran yang lebih parah.
You may also like
Slide 1 of 10
Sudut Luka Nazea cover
Iya tapi Bukan cover
luka yang Tak Terlupakan cover
Sad Ending (Revisi) cover
TETANGGAKU SELALU MENITIPKAN ANAKNYA cover
Riuh Dalam Sunyi cover
Blue Trapped In BL Novel cover
Keluarga (Tidak) Terencana  cover
Patah di titik terendah cover
Sebuah Antara ✔ cover

Sudut Luka Nazea

32 parts Ongoing

"ketakutan terbesar seorang anak adalah perpisahan orang tuanya. Kehilangan mama dan papa sama halnya dengan kehilangan seluruh napas. Enggak ada mama sama papa rasanya sunyi dan hampa, rasanya berkali-kali lipat lebih sakit dari apapun. Dunia juga terasa sudah tidak berarti." ~Queenza Nazea Azalea ˚₊‧꒰ა☁️☁️☁️໒꒱ ‧₊˚ Di ajarkan melangkah, meski tertatih-tatih dan berujung jatuh. Di latih menapaki tangga meski berulang kali terhenti karna lelah. Bagi nazea, hal yang paling menyedihkan adalah ketika dihadapkan dengan kehancuran keluarga. Nazea benci perpisahan. Karena nazea tidak suka di tinggalkan. Nazea benci sendirian, karena nazea kesepian. Namun, apa yang sudah retak, akan tetap pecah. Pada akhirnya, meskipun nazea tidak suka, nazea harus menerima. Ada yang mengangkat tangan tinggi-tinggi seraya menjerit tak sanggup, ada yang menyembunyikan kepedihan sekuat mungkin sembari terus menerus mengulas senyum. Karena hanya diperuntukkan dua pilihan, bertahan atau menyerah? Atau lebih tepatnya, mampukah berdiri di atas ubin keikhlasan? "lagi, dunia kembali mempermainkan hidupku. Namun, sampai kapan?"