
Sejujurnya, aku pun ingin diselamatkan. Aku juga ingin dipeluk, dilihat, dan dikatakan layak tanpa harus terlebih dulu membuktikan bahwa aku pantas. Aku ingin seseorang berkata, "Kau cukup, bahkan ketika kau merasa tidak." Aku mulai berpikir, jika harus memohon untuk dicintai, untuk apa? Jika harus menunduk agar diterima, maka aku sudah kalah bahkan sebelum diperjuangkan. Kekuranganku akan jadi lelucon. Lukaku akan jadi alasan untuk pergi. Aku tahu itu. Aku tahu betapa mudahnya orang membungkus penolakan dengan alasan yang manis. Dan aku tak ingin jadi cerita yang membuat orang lain merasa rugi. Namun, semua harapan hanya sekedar angan semata. Semua milikku sudah harus dikubur dalam-dalam. Bersama dengan jiwa ku. Sekarang aku harus belajar, hidup dengan raga tanpa jiwa di dalamnya. Setidaknya aku akan tetap melanjutkan hidup. Walaupun dengan langkah pelan, dengan napas pendek-pendek, dan mata yang sesekali kabur oleh air mata. Tapi kali ini, aku ingin jadi rumah bagi diriku sendiri. Tak ingin berharap menjadi tujuan siapa-siapa lagi. Karena jika orang bisa datang dan pergi sesuka hati, setidaknya aku punya satu orang yang tak akan pernah pergi: diriku sendiri.All Rights Reserved
1 part