πΎππππππ πππ β
6 parts Complete Mereka pernah saling pulang.
Bukan ke sebuah rumah berpintu, tapi pada senyum dan diam yang mereka pahami bahkan tanpa kata. Cinta mereka tumbuh diam-diam, seperti bunga liar di celah trotoar kota. Tak ada yang menanam, tapi tetap mekar. Tak ada yang mengizinkan, tapi tak juga mereka hentikan.
Di tengah langit senja yang nyaris malam, mereka sering bertemu di bangku taman belakang fakultas tanpa banyak bicara. Mereka duduk berdampingan, berbagi dengar. Dunia di luar terus menuntut mereka menjadi 'benar', sementara mereka hanya ingin menjadi nyata.
"Kalau suatu hari nanti aku harus menikah, Bas..." kata Maxky pelan. Kalimatnya tak bisa selesai.
Bas diam sejenak. "Aku takkan datang, Phi. Bahkan kalau kau mengundangku."
Lalu ia tersenyum. Tipis. Pahit. Karena keduanya tahu, hari itu bukan 'jika' tapi 'ketika'.
"Κα΄α΄α΄α΄κ±α΄ Κα΄α΄ α΄ α΄Κα΄Ι΄α΄ Ιͺκ± Ι΄α΄α΄ α΄Κ α΄Ι΄α΄α΄Ι’Κα΄."